Surabaya
Radikalisme Sasar Sosialita, Ujar Puti Saat Seminar di Untag
Kepada mahasiswa peserta seminar, Puti mengingatkan mahasiswa supaya mengingat perjuangan kaum muda terdahulu dalam menyatukan suku, bangsa, agama dan antargolongan. Kendati ketika itu ada 662 bahasa daerah, dan semuanya itu disatukan dalam Bahasa Indonesia.
“Tadi disampaikan radikalisme timbul dari himpitan ekonomi. Saya sempat berbincang dengan Mbak Yenny Wahid dari Wahid Institute bahwa kemiskinan memunculkan radikalisme, fundamentalisme. Yang pasti pelaku radikalisme yang tergabung dalam ISIS dan ke Syuriah sudah tidak lagi karena himpitan ekonomi, kemiskinan. Sudah mulai bergeser. Memang radikalisme bergeser ke kalangan menengah ke atas, masuk ke kalangan elit birokrat dan sosialita,” paparnya.
Guru besar Fakultas Psikologi Untag, Dr. Andik Matulessy menyebut ada sekelompok politisi menggunakan radikalisme sebagai cara ungkapkan paham yang kemudian melakukan kekerasan dan melawan negara.
“Faktor radikalisme adalah karena moralitas elit politik yang buruk. Baik dalam konteks media, media elektronik dan sosmed. Soal sontoloyo dan genderuwo membuat elit politik tak lagi percaya pada demokrasi di negara. Masyarakat akhirnya lebih memilih radikalisme. Demokrasi didahulukan, namun regulasi dinomorsekiankan. Aturan-aturan hukum tak dikaji dan dibuat dengan lebih baik. Yang terjadi orang lebih mementingkan keberadaan daripada aturan-aturan,” papar Andik.
Kabiro Kemahasiswaan dan Alumni Untag, Edy Wahyudi menambahkan, pendirian Untag atas perintah Bung Karno atas azas Marhaneisme. “Dan sekarang didatangi cucu Bung Karno (Puti Guntur). Saya undang mbak Puti dalam rangka bukan kampanye. Kalau saya menyebut mbak Puti caleg DPR RI itu dalam rangka kampanye. Ini tidak dalam rangka kampanye,” kata Edy.
Kompol Agus Prasetyo dari Direktorat Intelkam Polda Jatim menambahkan di Indonesia ada 200 lebih deportan ISIS. Ini terus dipantau. “Di Jatim ada 44 Napiter atau Napi teroris di Lapas se Jatim. Ini dipantau terus agar jangan sampai mereka menyebar paham radikalisme melalui orang yang membezuk,” tandas Agus. (ano/yan)