Kabupaten Malang
Ramadan Jangan Sampai Terbalik
Memontum Malang – “Ramadan jangan sampai terbalik”, artinya yang wajib tetap wajib, begitu halnya dengan yang sunnah. Ibarat sepatu,seharga berapapun yang namanya sepatu, tetap di posisi paling bawah. Dan sebaliknya, berapapun murahnya harga sebuah kopiah, selalu ada di posisi paling atas.
“Belakangan sebagian orang beranggapan, bahwa yang wajib itu justru shalat tarawih. Itu namanya Ramadan terbalik, ” terang KH Moch Nur Kholili, seorang mubaligh kondang asal Desa Sumberejo, Kecamatan Pagak Kabupaten Malang ini, Sabtu (19/5/2019) kemarin.
Ditambahkan, dalam menjalankan ibadah shalat taraweh, terkadang sering dibuat sibuk. Seperti harus mendirikan terop,bahkan pengeras suarapun sengaja lebih maksimal. Tetapi giliran shalat subuh, jama’ahnya justru jauh lebih berkurang.
“Kita umpamakan bayar belanja di toko.Ketika ada sedikit kembalian, kita berikan kepada si pemilik toko.Akhirnya kita dipuji, dido’akan oleh pemilik toko, karena telah memberi uang kembaliannya. Bukan justru nilai sebesar yang wajib kita bayar itu kita berikan kepada si pemilik toko, ” urainya.
” Jadi kembalian itu artinya sunnahnya. Jangan yang wajib kita bayar itu justru kita berikan. Oleh karenanya,shalat lima waktu itu kita lakukan atau ibarat dalam hal jual beli, itu nominal dana yang wajib kita bayar. Selanjutnya, shalat tarawih, dalam hal jual beli berarti besarnya uang kembalian, ” paparnya.
Juga disimpulkan, Ramadan ini, adalah bulannya ummat Nabi Muhammad SAW, dengan beberapa keutamaan. Seperti ibadah sunnah dicatat menjadi wajib.Sementara ibadah wajib, hingga tujuh ratus kali lipat Allah berikan pahala kepada kita.
“Mari kita jadikan kesempatan,jangan sampai apa yang diwajibkan itu jadi terbengkelai. Sementara, sunnahnya kalau itu kita kedepankan, kata Alloh itu tidak baik. Barang siapa mendahulukan yang sunnah, mengabaikan yang wajib, itu dikatakan orang gila. Naudzubillah Mindzalik, ” himbaunya.
Selanjutnya, Ramadan ini mendidik kita menjadi orang yang jujur. Semoga Alloh memberikan kejujuran kepada kita semua. Tidak kalah pentingnya juga kesabaran. Sehingga dengan Ramadan ini kita menjadi orang yang berhati sabar. Ramadan juga mendidik kita dermawan dan mendidik manusia menjadi orang yang adil.
“Maksudnya, tidak pandang itu kyai maupun santri, jika sudah imsyak ya tidak boleh makan,” beber KH Kholili. (Sur/oso)