Sidoarjo
Ratusan Siswa Smamita Diajari Mitigasi Bencana Alam
Memontum Sidoarjo – Sebanyak 659 siswa dan siswi SMA Muhammadiyah 1 Taman (Smamita) diajari mitigasi bencana alam. Kegiatan yang dipusatkan di Aula sekolah berlantai VIII ini untuk melatih para siswa agar mampu dan tanggap terhadap terjadinya bencana alam. Baik itu bencana alam tanah longsor, banjir hingga gempa bumi.
Bahkan diakhir kegiatan mitigasi bencana ini, para siswa diajari simulasi bencana alam gempa bumi. Hal ini mengingat sekolah yang ada di JL Raya Desa Ketegan, Kecamatan Taman, Sidoarjo ini memiliki ketinggian 8,5 lantai. Oleh karenanya, saat ada bencana gempa bumi maka para siswa dan siswi ini berlarian menuju titik kumpul pertama di depan gedung sekolah bertingkat itu.
“Selama ini para siswa kami sangat awam dengan bencana alam. Terutama gempa bumi. Oleh karena itu, sekolah mendatangkan tim khusus dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Sidoarjo untuk membuka wawasan para siswa soal bencan alam,” terang Kepala Smamita, Zainal Arif Fakhrudi kepada Memontum.com, Senin (04/02/2019).
Bagi pria yang akrab dipanggil Arif ini, jika siswa dan siswinya mengenal mitigasi bencana alam, maka bisa melaksanakan pencegahan prefentif dalam setiap bencana alam. Oleh karenya, Arif menilai pelajaran mitigasi bencana alam sangat penting bagi para pelajarnya.
“Contohnya saat ada bencana gempa bumi, para siswa kami harus tahu cara membuka pintu, tidak menggunakan lift atau elevator tetapi harus malui tangga hingga harus mengetahui lokasi titik kumpul saat ada bencana gempa. Termasuk gejala gempanya,” tegasnya.
Sementara Kabid Pencegahan Kedaruratan dan Logistik BPBD Pemkab Sidoarjo, Karsono menjelaskan pendidikan bencana alam di Indonesia, khususnya di Sidoarjo untuk para pelajar sangat penting. Apalagi hampir semua daerah di Indonesia memiliki potensi rawan bencana.
“Untuk para siswa kalau sudah dikenalkan mitigasi bencana mereka punya modal pengertian mitigasi bencana. Apalagi para siswa dan siswi Smamita kalau kuliah tidak hanya di satu kampus melainkan di kampus yang berbeda-beda dengan potensi bencana alam yang berbeda-beda pula,” ungkapnya.
Sedangkan saran untuk Smamita kata Karsono harus menambah alat pemadam kebakaran. Selain itu, lokasi titik kumpul harus lebih luas. Misalnya bisa meminjam gedung di sekitar Smamita serta menambah rambu-rambu jalur evakuasi.
“Karena gedung SMA ini lebih tinggi dibanding gedung SMA lainnya di Sidoarjo,” pintahnya.
Sementara salah seorang siswi Smamita mengaku bersyukur bisa diberi materi mitigasi bencana. Dengan begitu dirinya mengenal tanda, gejala maupun kondisi alam sebelum terjadi bencana alam itu. Selain itu mengerti tindakan utama saat terjadi bencana alam. (Wan/yan)