Pemerintahan
Respon Keluhan Paguyuban Sentra Keripik Tempe, Wali Kota Sutiaji Baru Akan Tinjau Pasar
Memontum Kota Malang – Kenaikan harga bahan baku kedelai, membuat beberapa produsen tempe di rumah produksi Keripik Tempe Sanan, mengeluh. Maklum, mahalnya harga kedelai hingga mencapai lebih dari Rp9.000 per kilo, terasa cukup berat.
Wakil Ketua Paguyuban Sentra Keripik dan Tempe Sanan, Ivan Kuncoro, mengatakan harga normal kedelai kisaran Rp 6.000 sampai Rp 7.000 per kilo. “Sekarang, harga itu sudah sampai Rp 9.000, dan bahkan lebih,” ujarnya, Selasa (5/1) tadi.
Kondisi itu, paparnya, masih ditambah dengan lesunya kunjungan wisatawan akibat pandemi Covid-19. Sehingga, semakin memukul para produsen. Bahkan, berdasarkan keterangan Ivan, sampai saat ini ada sekitar 7 produsen keripik tempe yang berhenti berproduksi karena gulung tikar.
“Dahulu sehari bisa menghabiskan kedelai untuk produksi sebanyak 40 ton. Tapi sekarang, menurun sekitar 30 ton. Ini terpaksa, karena harus menyesuaikan kondisi saat ini. Sudah terjadi pandemi, harga kedelai naik juga. Jadi kami kurangi kuantitas bahan baku,” ungkapnya.
Wali Kota Malang, Sutiaji, menanggapi hal itu, merencanakan akan melakukan peninjauan pasar. Tujuannya, untuk mengetahui dan memastikan harga kedelai yang tengah naik.
“Saya akan mengajak pihak Bank Indonesia (BI) Malang, untuk keliling ke pasar guna meninjau. Tapi nanti,” terang Sutiaji.
Diakui orang nomor satu di jajaran Pemkot Malang, alasan tidak meninjau ke lokasi sentra keripik tempe seperti di Sanan, adalah dirinya ingin taju kondisi di pasar terlebih dahulu.
“Kalau ke sentra keripik tempe, belum diagendakan. Karena saya ingin tahu dahulu, secara jelas, bagaimana kondisi sebenarnya di pasar,” imbuhnya. (cw1/sit)