Probolinggo
Santri Probolinggo Diberi Penyuluhan Kesehatan Reproduksi dan Pendewasaan Usia Perkawinan sebagai Penurunan Angka Stunting
Memontum Probolinggo – Diperlukan edukasi untuk menciptakan keluarga yang berkualitas dan sehat. Salah satu upayanya, dengan penyuluhan kesehatan reproduksi dan pendewasaan usia perkawinan. Sejumlah keterangan itu, disampaikan Plt Kadinkes PPKB, dr NH Hidayati, saat membuka acara di Ponpes Riyadlus Sholihin, Ketapang.
Acara yang digelar Kamis (02/12/2021) itu, dihadiri Deputi Bidang KBKR Pusat, dr Eni Gustina dan dr Abidinsyah Siregar. Keduanya, menjadi nara sumber untuk memberikan penyuluhan secara terpisah di hadapan 550 orang santri dan santriwati. dr Ida-panggilan akrab Plt Kadinkes, ini menuturkan jika program ini juga sebagai upaya penurunan angka stunting sekaligus implementasi Perpres No 72 Tahun 2021.
Metode penyuluhan dengan interaktif ini, berlangsung cukup antusias dengan diikuti peserta yang berada di 2 titik, area santri putra dan area santri putri. “Program Bangga Kencana mewujudkan keluarga berkualitas hidup dalam lingkungan yang sehat sehingga bisa mencetak generasi emas. Untuk itu dilakukan bina keluarga remaja, sehingga mampu menjadi keluarga yang handal,” imbuhnya.
Pemerintah juga bersyukur, dengan kebijakan dari ponpes yang mewajibkan santrinya lulus hingga SMA. Sehingga, ada pendewasaan usia perkawinan.
Baca juga :
- Pj Wali Kota Malang Tekankan Kewaspadaan Dini Jaga Kondusifitas Pilkada 2024
- Peduli Wilayah Kekeringan, Bunda Indah Distribusikan Tangki Air Bersih untuk Masyarakat
- Ketua DPRD Trenggalek Definitif Periode 2024-2029 Resmi Ditetapkan
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
Selanjutnya, dr Eni menjadi nara sumber di Ponpes Putri, sedangkan dr Abidinsyah Siregar di ponpes putra. Dengan materi yang sama yaitu, kesehatan reproduksi remaja dan perencanaan keluarga. “Terima kasih kepada wali kota dan pengasuh ponpes untuk kesempatan yang diberikan, sehingga bisa mensosialisasikan kesehatan reproduksi di lingkungan ponpes,” ujar dr Eni mengawali materinya.
dr Eni juga mengatakan, jika angka stunting tercatat 27,7 persen di Indonesia, berdasarkan data studi status gizi Balita Indonesia. Artinya 1 dari 4 balita mengalami stunting. Untuk itulah agar angka tersebut bisa diturunkan, maka harus ada edukasi bagi remaja. Dengan begitu tidak menikah di usia dini.
Dirinya menjelaskan, jika kesehatan reproduksi bukan hanya berbicara tentang kesehatan seksual, tapi juga sehat mental dan sosial. Seperti hak untuk hidup, hak untuk kesetaraan dari segala bentuk diskriminasi, hak untuk kemerdekaan dan keamanan, bebas berpendapat, memperoleh informasi dan pendidikan.
Selanjutnya, dalam kesempatan itu diberi kesempatan bagi peserta untuk bertanya, meski awalnya terkesan malu saat diberikan pembelajaran tentang organ reproduksi laki laki dan fungsinya. Dengan program ini diharapkan menurunnya prevalensi stunting melalui edukasi pendewasaan usia pernikahan dan peningkatan kesehatan reproduksi. (kom/pix/sit)