Kota Malang
SMAN 2 Malang Laksanakan PTM Terbatas untuk Kelas 10
Memontum Kota Malang – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) bagi siswa SMA sederajat telah berlangsung di Kota Malang. Salah satu yang menggelar PTM Kamis (02/09) ini adalah SMAN 2 Malang.
Dikatakan Kepala Sekolah SMAN 2 Malang, Hariyanto, terdapat tiga komponen yang harus dipenuhi ketika menggelar PTM
Baca Juga:
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
- Hujan Deras Disertai Angin Kencang Sebabkan Pohon Tumbang di Dua Lokasi Kota Malang
- Kelanjutan Proyek WTP, Sekda Kota Malang Tegaskan Tunggu Persetujuan Lingkungan
“Untuk PTM di masa pandemi, bukan hal baru bagi SMAN 2 Malang. Jadi dari tiga komponen yang harus kita penuhi yaitu legalitas, persetujuan orang tua, dan kesiapan sekolah baik, kita hanya terhalang legalitas. Karena saat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) aturannya tidak boleh PTM,” terangnya.
Sehingga ketika PPKM Kota Malang turun menjadi level 3, pihaknya langsung cepat tanggap menggelar PTM. Tentu sesuai dengan aturan dan kebijakan dari Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Jawa Timur.
“Jadi lama pembelajaran kita menyesuaikan arahan ibu Gubernur, yaitu 4 jam atau 240 menit. Dalam 4 jam tersebut ada 8 mata pelajaran. Jadi 1 mata pelajaran hanya 30 menit,” urainya.
Selain itu pihaknya juga tidak mengadakan istirahat. Namun untuk mengatasi kejenuhan para siswa, Hariyanto menginisiasi 10 menit waktu berjemur.
“Sedangkan kalau dari nota dinas tidak ada istirahat, jadi kita berjemur saja 10 menit. Karena pada masa pandemi ini, 4 jam kalau di ruangan terus ya tidak baik. Akhirnya kita arahkan semua ke lapangan basket untuk berjemur dan melakukan gerakan ringan,” tambahnya.
Di hari pertama ini, sebanyak 88.7 persen dari jumlah siswa kelas 10 sudah jalani PTM.
“Hari ini dan besok khusus kelas 10 saja, ada 334 dari 372 siswa yang masuk, jadi satu pertiga. Yang tidak hadir sudah disertai surat dari orang tua. Besok Senin (06/09) baru akan hadir 50 persen siswa,” tambahnya.
Kedepan ketika sudah diperbolehkan seluruh siswa mengikuti PTM, pihaknya akan membuat sistem yang berbeda dari sekolah biasanya. Jika pada umumnya metode ganjil-genap diterapkan, kali ini SMAN 2 akan menggunakan 2 ruang untuk 1 kelompok kelas.
“Kapasitas kalau full 997 siswa, kita kan dari penerapan 5 m kalau masuk semua tidak memenuhi kriteria menjaga jarak. Maka dari itu model kebijakannya berbeda dari yang lain. Jadi 1 kelas masuk semua, tidak memakai ganjil genap, tapi kita pecah menjadi dua ruang,” katanya.
Bagi Hariyanto, ganjil genap dalam PTM tidak efektif, karena membuat guru bekerja dua kali.
Sementara itu, salah satu siswa kelas 10 MIPA 1, Meilyssa Sinda Lestari, merasa sangat senang bisa kembali bersekolah.
“Meski dengan keadaan seperti ini, saya senang SMA 2 bisa PTM lagi. Seneng bisa tau sekolahnya tidak dari rumah aja,” serunya.
Ia menceritakan bahwa meski tergolong siswa baru dan belum pernah bertemu, Meilyssa dan kawan-kawannya sudah akrab karena saat daring komunikasi bersama teman-temannya sudah terjalin.
“Komunikasi kita kuat, jadi pas masuk sudah tidak canggung dengan teman. Lebih senang seperti ini, belajar offline lebih paham,” ujarnya. (mus/ed2)