Sidoarjo
Sutriman Pemenang Penimbangan Lelang Bandeng Kawak Sidoarjo
Memontum Sidoarjo– Sutriman warga Dusun Tegalsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo kembali menjadi pemenang Prosesi Penimbangan Lelang Bandeng Kawak Tradisional Sidoarjo 2017 yang digelar Dinas Kelautan dan Perikanan Pemkab Sidoarjo. Sutriman lolos menjadi juara 1 dengan berat bandeng 7,70 kilogram.
Pada Tahun 2016 sebelumnya, pada acara yang Sutriman juga menjadi juara 1 dengan berat bandeng miliknya mencapai 9,29 kilogram. Pria pembudidaya bandeng ini menyisihkan 3 kontestan pemilik bandeng lainnya. Yakni juara kedua Mustofah asal Dusung Tanjungsari, Desa Kupang, Kecamatan Jabon dengan berat 5,55 kilogram, ketiga Kanifan warga Desa Sawotratap, Kecamatan Buduran dengan berat 5,34 kilogram dan keempat Ny Elmi Masrurotillah warga Candi Jaya, Desa/Kecamatan Candi dengan berat bandeng 5, 24 kilogram.
“Karena ada rob, jadi bandeng yang kami tangkap dari tambak tidak maksimal. Sebenarnya masih ada bandeng sepanjang 1,25 meter seberat sekitar 10 kilogram di tambak saya. Tapi belum berhasil ditangkap karena air tambak penuh,” terang Sutriman kepada Memo X, Rabu (06/12/2017).
Kendati demikian, Sutriman mengaku tidak ada perawatan dan budidaya khusus dalam mengembangkan bandeng kawak. Menurutnya, yang mengkhawatirkan saat memanen udang lantaran air dalam kondisi surut.
“Kalau makannya tetap diperbanyak rumput laut. Rata-rata bandeng kawak saya berusia 8 tahunan dari berat 7,7 kilogram sampai 10 kilogram lebih itu,” imbuhnya.
Kepala Dinas Perikanan Pemkab Sidoarjo, M Sholeh menguraikan lelang bandeng kawak itu sebagai motivasi untuk petambak untuk mengembangkan budidaya ikan miliknya. Hal itu untuk meningkatkan penghasilan para petambak serta menggali dana sosial dari para pengusaha dengan melelang bandeng ke kalangan donatur (pengusaha) yang digelar di alun-alun Sidoarjo, Rabu (06/12/2017) malam.
“Memang tahun ini hasilnya kurang maksimal karena ada rob. Tapi ini merupakan bandeng terbaik asli Sidoarjo,” tegasnya.
Sedangkan kriterianya diantaranya asli bandeng Sidoarjo, ditangkap dan diserahkan ke panitia dalam kondisi hidup serta dikarantina sesuai syarat panitia. “Karena bandeng Sidoarjo itu bergincu dan tidak bau tanah. Itu yang membedakan dengan bandeng Gresik dan Pasuruan,” ungkapnya.
Sementara Wakil Bupati Sidoarjo, Nur Ahmad Syaifuddin menegaskan penimbangan dan lelang bandeng merupakan tradisi tahunan. Namun demikian harus ada inovasi agar menjadi destinasi wisata baru bagi Sidoarjo.
“Banyak efek positif saat pelaksanaan lelang bandeng. Selain jadi support pembudidaya bandeng kawak juga meningkatkan nilai pendapatan. Acara ini harus dimanage lebih baik dan selalu berusaha ada inovasi agar gaungnya bukan hanya di Sidoarjo tapi sampai Nasional dan Internasional,” pungkasnya. (wan/yan)