KREATIF MASYARAKAT
Marginal Art Community Kembali Angkat Isu Lingkungan Melalui Pameran
Memontum Kota Malang – Permasalahan sampah yang menggunung, mengisi dan mencemari lingkungan, makin pelik. Berangkat dari keresahan itu, Marginal Art Community gelar pameran bertajuk ‘Ada Apa Dengan Styrofoam?’ di Gedung Dewan Kesenian Malang (DKM) Kota Malang.
Ketua Panitia Pameran, Agus Gembo, mengatakan bahwa gelaran yang berlangsung hingga esok (06/06) ini, memanfaatkan sampah styrofoam. “Marginal Art Community menggunakan kesenian untuk bergerak ke arah kehidupan yang lebih baik. Dan melalui pameran kali ini, kami ingin lebih menitikberatkan pada kesadaran terhadap penggunaan styrofoam dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Baca juga:
- Lihat Konser Pembuka Jombang Fest 2024, Seorang Perempuan Terkena Ledakan Petasan
- Masa Kampanye Pilkada 2024 Bakal Jadi Perhatian Operasi Zebra Semeru
- Tingkatkan Kamseltibcar Lantas, Polres Trenggalek Gelar Apel Pasukan Operasi Zebra Semeru 2024
Marginal Art Community yang selalu concern terhadap isu lingkungan berhasil menggelitik orang-orang yang datang ke acara tersebut. Pasalnya, mereka selalu menggugah perhatian dengan isu-isu mengenai bagaimana sampah bisa digunakan sebagai medium untuk berkarya dan bergerak. Kali ini pun merupakan pameran ketiga mereka yang kembali mengangkat isu tentang lingkungan hidup.
“Kami sedang mengeja ulang tentang sampah styrofoam yang bahkan tanpa sadar telah menjadi salah satu limbah sampah terbesar yang mencemari bumi. Belum lagi banyaknya kandungan berbahaya dalam styrofoam sendiri yang bisa meracuni manusia jika masuk dan dikonsumsi. Sedangkan kita tahu kebanyakan limbah styrofoam awalnya digunakan sebagai bungkus makan,” sambungnya.
Bagi pria yang akrab disapa Gembo itu, ada keresahan-keresahan yang muncul dan menggeliat untuk tidak hanya diam. Maka Marginal Art Community bersepakat untuk , tidak ingin muluk-muluk mengingatkan, tapi membuat orang-orang yang datang lebih aware dan berpikir ulang tentang salah satu limbah sampah ini.
“Jadi kami lebih menitik beratkan pengkaryaan bukan pada medium styrofoamnya. Tapi lebih kepada semangat untuk lebih aware dan sadar akan bahaya dan akibat terhadap penggunaan styrofoam,” paparnya. (mus/sit)