Surabaya
Radikalisme Sasar Sosialita, Ujar Puti Saat Seminar di Untag
Memontum Surabaya – Puti Guntur Soekarno mewacanakan pertemuan akbar antara Bani Soekarno dengan Bani KH Hasyim Asy’ari. Puti ingin dari ajaran Marhaenis yang diwariskan Bung Karno dengan Ahlus-Sunnah wal Jama’ah sebagai warisan pendiri Nahdlatul Ulama (NU) tersebut bisa dipadukan untuk kebaikan lebih dan kejayaan Indonesia.
Gagasan ini disampaikan Puti saat menjadi salah satu pembicara pada seminar nasional bertema Penguatan Nilai dan Karakter Bangsa untuk Menangkal Paham Radikalisme pada Mahasiswa, di lantai 9 Gedung Graha Wiyata, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, Rabu (21/11). Kapasitas Puti sebagai budayawan.
Selain Puti, hadir sebagai narasumber, yakni Guru Besar Fakultas Psikologi Untag Dr. Andik Matulessy, Kabiro Kemahasiswaan dan Alumni Untag Edy Wahyudi, serta Kompol Agus Prasetyo dari Direktorat Intelkam Polda Jatim. Selain mahasiswa Untag yang hadir, jaringan Gusdurian tak ketinggalan.
“Bani Soekarno dan Bani KH Hasyim Asya’ri dari Jawa Timur bisa dipertemukan untuk merawat dan merajut benang kebangsaan,” kata Puti.
Cucu Proklamator Bung Karno ini menyebut sempat beberapa kali bertemu Yenny Wahid dari Wahid Institute. Keduanya membicarakan gerakan intoleransi, radikal dan fundamentalisme yang mulai menyasar ke kalangan ekonomi menengah ke atas. Artinya, radikalisme, fundamentalisme tidak lagi dipicu kemiskinan atau keputusasaan karena kemiskinan.
“Radikalisme, fundamentalisme bergeser ke keluarga mapan. Ideologi radikal dimasukkan ke anak-anak muda yang masih mencari jatidiri sebagai anak Indonesia, supaya dilihat orang sekitar,” terang Puti.