Kabar Desa

Penurunan Stunting, Bappeda Situbondo Kenalkan Inovasi Si Besti

Diterbitkan

-

EDUKASI: Salah satu edukasi yang diberikan dalam penurunan stunting. (ist)

Memontum Situbondo – Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Situbondo, melalui Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia, turut berpartisipasi dalam program penurunan stunting melalui Si Besti (Situbondo Bebas Stunting). Hal ini dilakukan, sebagai bagian kolaborasi di tingkat OPD di Kabupaten Situbondo.

epala Bappeda Kabupaten Situbondo, Sugiyono, mengatakan bahwa stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang. Kondisi ini ditandai dengan panjang atau tinggi badannya berada di bawah standar seperti ditetapkan oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan.

“Ini sesuai dengan Perpres 72/21. Program penurunan stunting telah dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 yang dilanjutkan dalam RPJMN 2020-2024,” kata Sugiyono, Kamis (15/08/2024) tadi.

Dikatakan Sugiyono, tahun 2024 target prevalensi stunting harus mencapai angka 14 persen. Namun, berdasarkan surat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor : B-08318/D.05/PP.06.02/05/2024, tanggal 17 Mei 2024 tentang Hal Pemutakhiran Target Prevalensi Stunting Nasional dan Provinsi Tahun 2025 dan 2045.

Advertisement

“Untuk target prevalensi stunting nasional tahun 2025 yang semula sebesar 13,5 persen, kini berubah menjadi sebesar 18,8 persen,” ujar mantan Staf Ahli Bupati itu.

Sugiyono menambahkan, strategi penurunan stunting mempunyai tujuan yang diantaranya menurunkan prevalensi stunting, meningkatkan kualitas penyiapan kehidupan berkeluarga, menjamin pemenuhan asupan gizi. Kemudian, memperbaiki pola asuh, meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan, meningkatkan akses air minum dan sanitasi.

Baca juga :

“Upaya penurunan stunting memerlukan keterpaduan baik dari segi tata kelola maupun penyelenggaraan intervensi gizi spesifik dan sensitif pada lokasi dan kelompok sasaran seperti remaja, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0 hingga 59 bulan,” ujar Sugiyono.

Mantan Kadiskop Kabupaten Situbondo itu menerangkan, untuk mencapai keterpaduan atau konvergensi tersebut diperlukan komitmen, sinkronisasi perencanaan dan penganggaran dalam pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian lintas sektor dan antar pemerintahan pada seluruh tingkatan pemangku kepentingan dan masyarakat. Adapun ide atau gagasan untuk membangun sebuah sistem informasi tentang stunting di Situbondo, dimulai dari kondisi sebelum adanya Si Besti (Situbondo Bebas Stunting). Sebelum ada Si Besti, data-data tentang capaian angka stunting dan faktor yang mempengaruhi stunting yang bermacam-macam jenisnya, bisa tersebar di berbagai perangkat daerah.

Advertisement

“Sehubungan hal tersebut, muncul gagasan untuk membuat sebuah sistem informasi stunting yang dapat diakses siapa pun, transparan, jelas dan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Baik itu data intervensi sensitif maupun data intervensi spesifik, dari seluruh dinas yang terlibat. Dalam sistem informasi stunting yang terpusat ini tidak hanya data-data stunting saja yang ditampilkan. Namun juga informasi rencana kerja TPPS, program kegiatan TPPS, rembuk stunting TPPS, berbagai dasar hukum stunting, berbagai macam materi narsum stunting, media, informasi dan agenda kegiatan TPPS, serta kemudahan layanan berupa hotline,” ujar Sugiyono.

Sementara itu, Kepala Bidang Pemerintahan dan Pembangunan Manusia Bappeda Kabupaten Situbondo Rosy Rosaindratna, menambahkan bahwa Si Besti juga memiliki tujuan utama sebagai rujukan kebutuhan data dalam perumusan kebijakan perencanaan, penelitian dan bahan evaluasi seluruh kalangan serta dapat dijadikan sebagai media replikasi inovasi stunting di kabupaten dan kota lain.

“Dengan adanya Si Besti, maka sangat dirasakan pula manfaatnya untuk meningkatkan kualitas pengetahuan, pengawasan dan evaluasi TPPS dan pada akhirnya secara langsung atau tidak langsung akan mempercepat penurunan angka stunting Kabupaten Situbondo,” ujar Rosy.

Berdasarkan data Survey Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, yang dirilis di bulan April 2024, didapatkan angka prevalensi stunting Kabupaten Situbondo sebesar 4,1 persen turun 26,8 persen dari tahun 2022, terbaik nomor 2 di Jawa Timur. (her/sit)

Advertisement
Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas