Kota Malang
UB Siap Hadapi Tantangan Tahun 2019
Memontum Kota Malang—Perjalanan UB menuju World Class Entrepreneur masih terasa jauh, mengingat kampus biru tercinta masih berjibaku di level nasional, belum lagi SDM di tingkat internal masih harus banyak dikembangkan secara kualitas maupun kuantitas. Sepanjang tahun 2018, Universitas Brawijaya (UB) telah melalui perjalanan nan berliku, menghadapi berbagai tantangan dari berbagai aspek akademik maupun non akademik, hingga berjuang untuk terus berdiri sejajar dengan perguruan tinggi papan atas yang selangkah lebih maju. Dengan merefleksi tugas-tugas UB yang masih harus diselesaikan hingga penghujung tahun 2018, UB menutup akhir tahun 2018 ini dengan melakukan pencapaian yang cukup besar.
Rektor UB, Prof Dr Ir Nuhfil Hanani Ar MS, telah mempersiapkan berbagai macam program untuk membuka lembaran baru di tahun 2019. Menurutnya, UB sedang menghadapi tiga tantangan besar yang harus segera dihadapi di tahun 2019. Pertama, mengejar target WCEU terlebih pada pemeringkatan internasional. Kedua, pencanangan UB sebagai perguruan tinggi otonom atau biasa disebut Perguruan Tinggi Berbadan Hukum (PTNBH). Sedangkan ketiga, aspek-aspek yang mendukung masa transisi dari BLU ke PTNBH harus segera direalisasikan. “Masa transisi biasanya memakan waktu empat tahun, namun kita coba percepat menjadi dua tahun. Maka dari itu, kuncinya ada di tahun 2019 ini,” ungkapnya.
Berbagai upaya ditempuh untuk memenuhi tiga tantangan tersebut. Semua pihak harus bersinergi dari tingkat universitas hingga fakultas dan unit unit pendukung yang berada di dalam kampus. Karena hal ini bukanlah program atas nama rektor, melainkan program univeritas secara menyeluruh. Tidak hanya capaian prestasi mahasiswa, dosen, maupun fakultas, namun akreditasi menjadi pertimbangan penting dalam persaingan di level perguruan tinggi nasional. “Tahun 2018 UB telah berhasil mempertahankan akreditasi A institusi, maka tidak berlebihan jika tahun 2019 nantinya UB becita-cita mengejar akreditasi institusi internasional, termasuk akreditasi program studi masing-masing,” tambah Nuhfil.
Untuk bidang pendidikan dan penelitian, UB akan mengejar publikasi internasional melalui peningkatan guru besar. Hal ini menjadi komponen utama mengingat UB masih mengalami ketertinggalan dalam bidang SDMnya. Gelar dan pangkat merupakan indikator yang mudah untuk dilihat, maka dari itu paling tidak dosen-dosen yang berada di UB sudah bergelar doktor secara merata. “Tentu target kita tidak hanya percepatan guru besar saja, namun kedepan kami juga akan memberikan kesempatan bagi dosen dan tenaga pendidik untuk menempuh studi lanjut,” pungkasnya.
Sedangkan pada bidang pengabdian, UB telah mencanangkan program doktor mengabdi dan program universitas mengabdi untuk tingkatan yang lebih luas. Program universitas mengabdi merupakan salah satu langkah UB untuk mempersiapkan PTNBH. Program ini nantinya tidak hanya sebatas hilirisasi produk semata, namun juga bagaimana produk tersebut dapat difungsikan dan dikomersialkan. Karena dalam pergerakan menuju PTNBH, UB tidak hanya dituntut memiliki unit-unit bisnis skala komersil, namun juga produk-produk unggulan yang dapat disebar diberbagai lapisan masyarakat dan stakeholder. (rhd/yan)