Surabaya
Gubernur Belum Pernah Terima Suntikan Dana dari Investor Asing Untuk Limbah B3
Memontum Surabaya–Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa belum pernah menerima suntikan dana dari investor asing, khususnya untuk pembangunan pusat pengolahan sampah dan limbah bahan beracun dan berbahaya (B3) atau PPSLI yang rencananya akan dibangun Pemprov Jatim di Dawarblandong. Saat pertemuan dengan Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik beberapa waktu lalu di Gedung Negara Grahadi, Gubernur Khofifah sama sekali tidak membahas masalah investasi ini. “Hanya courtesy call Dubes Inggris kepada Gubernur Jawa Timur sekaligus memberikan ucapan selamat sebagai Gubernur yang baru,” tegas Kepala Biro/Karo Humas dan Protokol Provinsi Jatim Aries Agung Paewai, saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, Kantor Gubernur Jatim, Surabaya, Selasa (19/3/2019) malam.
Aries– sapaan akrab Karo Humas Jatim–, menjelaskan bahwa pemberitaan terkait Gubernur Jatim yang sudah melakukan MoU dengan Dubes Inggris untuk Indonesia tidak benar. Apalagi, dalam membuat kesepakatan MoU harus melalui beberapa tahap dan proses yang berlapis. “Disamping itu, terkait MoU dengan negara lain harus mendapatkan ijin dari Kementrian Luar Negeri dan Kementrian Dalam Negeri,” terangnya.
Ditambahkan, saat pertemuan tersebut Gubernur Khofifah fokus untuk mengajak kerjasama di bidang pendidikan, baik vokasional maupu Madrasah Aliyah di Jatim. Penguatan kerjasama ini dirasa penting karena postur pengangguran terbanyak adalah lulusan SMK.
Terdapat hal yang sifatnya strategis untuk jangka panjang dan jangka pendek. “Salah satu prioritasnya yakni kerjasama pendidikan vokasional,” terang Aries sembari menambahkan bahwa pembicaraan terkait investasi sebesar Rp 500 miliar belum pernah dilakukan selama ini oleh Dubes Inggris Moazzam Malik kepada Gubernur Khofifah termasuk dengan Gubernur sebelumnya.
Selain kerjasama pendidikan vokasional, pada waktu itu Gubernur Khofifah juga menginginkan adanya kerjasama pelatihan Bahasa Inggris pada beberapa sekolah dan juga diberbagai pondok pesantren. Bahkan, program ini juga sejalan dengan program yang digagas Kedubes Inggris yakni English for Indonesia.
“Menurut ibu Gubernur jika ada penguatan bahasa maka secara bertahap bisa mengurangi unskill labour ke luar negeri, dan tergantikan dengan skill labour,” ungkap Aries.
Sementara itu, Aries menambahkan, Dubes Inggris untuk Indonesia Moazzam Malik juga menyambut baik ajakan yang ditawarkan oleh Gubernur Jatim yakni kerjasama di bidang pendidikan. Bahkan, Pemerintah Inggris telah melakukan kerjasama bidang pendidikan ke beberapa perguruan tinggi seperti ITS dan UK Petra.
“Dubes Inggris juga akan membuat rencana di bidang pendidikan khususnya vokasional training untuk kemaritiman, aviasi, dan keterampilan industri seperti welding,” urai Aries sembari menegaskan sekali lagi bahwa belum ada pembicaraan kerjasama terkait pembangunan pengolahan limbah B3 karena hal tersebut tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat. (sur/ano/yan)