Lumajang
Ramah Lingkungan, Lahan Kopi Organik Lumajang Akan di Perluas
Memontum Lumajang –Di era ketika segala hal yang dikonsumsi dan dipakai seringnya merujuk pada kata ‘organik’. Kesadaran manusia tentang hal organik ini memanglah baik karena memengaruhi kesehatan dan ramah lingkungan. Bicara organik pastilah tak lepas dari kopi. Kopi pun kini telah masuk ke ranah organik karena masyarakat yang mengonsumsinya sadar akan pentingnya kopi organik. Oleh karena itu Kawasan kopi organik di kabupaten Lumajang, Jawa timur, akan terus diperluas. Hal itu disampaikan Budi Santoso, S.P., Kabid perkebunan Dinas Pertanian Pemkab Lumajang, Kamis (11/4/2019).
Menurut Budi, kopi organik berbeda dengan non-organik, karena biasanya yang non organik dicelupkan dalam larutan kimia supaya awet, Sementara kopi organik sama sekali nggak mengandung bahan kimia dan bukan hanya itu, saat ditanampun, kopi non-organik setiap hari dihujani dengan pestisida dan herbisida. Dari sini, kopi itu sudah mengandung bahan kimia. “Bayangin betapa banyaknya zat kimia yang terkandung dalam secangkir kopi yang kita minum. Dengan memilih kopi organik, kita artinya sudah membantu para petani kopi organik yang memilih untuk tidak menggunakan zat kimia demi kesehatan penikmat kopinya” ujarnya.
Masih kata Budi, Produksi kopi non-organik itu sebenarnya merusak lingkungan, baik tanah, orang yang tinggal di sekitar perkebunan kopi itu, juga hewan ternak yang ada di sana. Bukan hanya hari ini, tapi juga bahaya dalam jangka panjang. Karena itu pihaknya akan terus memperluas penanaman kopi organik, Untuk sementara ini kelompok yang terdata sebanyak tujuh, sedangkan lahan yang ada seluas 565 ha. Namun rencana nya nanti yang terdata akan di tambah sebanyak 1200 ha, dengan jenjang waktu tiga tahun dari tahun 2018 – 2020. “Untuk sekarang ini, kelompok yang ada Sebanyak tujuh kelompok seluas 565 ha, dan semuanya berada di kecamatan Pasrujambe”, jelasnya.
Sedangkan untuk tahun ini rencananya akan menambah atau memperluas kawasan ke wilayah kecamatan Senduro dan kecamatan Gucialit. “Namun untuk tahun ini, sasaran tarjet belum turun di desa burno kecamatan Senduro, ada empat kelompok yang mau digabungkan ke kelompok yang sudah ada, dari beberapa kelompok itu masih setengahnya yang bisa digarap, dari kesemuanya itu, diharapkan tidak memakai bahan kimia sama sekali, murni pupuk organik,” pungkas Budi Santoso.(adi/yan)