Kota Malang
Walikota Apresiasi Edu & Job Fair SMKN 6
Tekan Angka Pengangguran Terbuka di Malang
Memontum Kota Malang – Walikota Malang Sutiaji mengapresiasi Edu & Job Fair 2019 yang diselenggarakan oleh SMKN 6 selama 3 hari, 15-16 dan 18 April 2019. Sutiaji berharap SMK menghasilkan output lulusan yang mampu terserap kerja sebelum lulus, dan mampu bekerja di dunia usaha dan dunia industri (du-di). Pasalnya, data 2018 lulusan SMK masih menjadi penyumbang pengangguran tertinggi. Untuk itu, perlu dilakukan revitalisasi SMK untuk meningkatkan kompetensi, produktivitas, dan daya saing bangsa.
“Saya mengapresiasi kegiatan Edu & Job Fair 2019 oleh SMKN 6 Malang. Harapannya, terobosan kegiatan ini mampu menekan angka pengangguran di Kota Malang. Sekaligus membuktikan lulusan SMK tak hanya mampu bekerja di sektor du-di, namun juga mampu menghasilkan karya anak bangsa. Meski sebagian ada yang berani berwirausaha,” ungkap Sutiaji, dalam sambutannya sebelum membuka Edu dan Job Fair yang diikuti 10 Perguruan Tinggi dan 7 mitra du-di.
Menurut Sutiaji, Kota Malang masih mendominasi pengangguran tertinggi se-Jawa Timur. “Karena banyak teman perguruan tinggi (mahasiswa, red) yang belum siap untuk bekerja dan masih mencari lowongan pekerjaan. Untuk itulah, dengan segala upaya yang dilakukan SMK dalam upaya link and match dengan du-di diharapkannya mampu menekan angka pengangguran di Kota Malang,” terang Sutiaji.
Di era revolusi industri ini, lulusan SMK sendiri sangat dibutuhkan. Sebab, era revolusi industri membutuhkan orang-orang yang andal di dunia kerja. Itu banyak dihasilkan dari SMK. Untuk itulah, keberadaan jurusan SMK telah diperbanyak di Kota Malang sejak beberapa tahun terakhir. Besar harapannya, lulusan SMK tidak hanya menjadi buruh, melainkan juga orang yang menciptakan lapangan kerja dan memiliki jiwa entrepreneurship.
“Sesungguhnya, sekolah kejuruan harus kita perbanyak bersama-sama. Kita agak tertinggal dengan Korea, Malaysia, Singapura, apalagi Jepang. Tapi alhamdulillah, pelan tapi pasti perubahan mindset, paradigma berkaitan dengan pendidikan menengah (SMK, red) sudah mulai bergeser,” paparnya.