Surabaya
Seniman THR Surabaya, Protes Gedung Kesenian Ditutup Pemkot
*Gamelan Diangkut, Lampu Dicopoti
Memontum Surabaya—Seniman yang biasa tampil di Taman Hiburan Rakyat (THR) demo itu berontak dengan berunjuk rasa mendatangi kantor DPRD Surabaya lantaran mereka tak bisa lagi tampil.
Para seniman tak lagi bisa memanfaatkan gedung kesenian yang sudah melegenda di Surabaya itu. Ketua Komunitas Seniman Tradisi THR, Titik Subiyakti, mengatakan semua peralatan manggung, gamelan, sound, dan lampu panggung, ditarik Pemkot Surabaya.
“Sarana vital ini diambil dan Gedung Pringgondani THR digembok Pemkot Surabaya,” kata Titik.
Perempuan ini tiba dengan mengenakan kostum Nyi Roro Kidul. Perempuan ini begitu serius menyuarakan aspirasinya dengan melengkapi kostum Nyi Roro Kidul lengkap dengan ujung kepala dibakar stik dupa.
Dengan suara trenyuh dan menangis, dia menceritakan detik-detik ruang pentas mereka digembok. Setelah sebelumnya lampu dicopot dan gamelan diangkut dengan alasan akan dilaras (selaraskan) oleh UPT Disnas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar). Padahal belum lama ini gamelan sudah selaras seniman.
Para seniman menyebut yang menggembok adalah orang UPT Disbudpar.
“Saat kami mau tampil pada Jumat malam, tahu-tahu gedung Pringgondani digembok. Gamelan diangkut Kamis lalu 9 Mei. Selama ini seniman rutin latihan dan Jumat malam tampil. Disaksikan penonton atau tidak,” urai Titik.
Selain Titik yang tampik bak Nyi Roro Kidul, banyak lagi tokoh seniman THR yang tampil sebagai tokoh Gatot Kaca, tokoh punakawan mulai Petruk, Gareng, Semar, hingga tokoh Hanoman.
Saat ini, para seniman itu berorasi meneriakkan aspirasi mereka untuk mengembalikan THR sebagai tempat latihan rutin dan tampil.
Selain para seniman banyak pula anak-anak usia SD memainkan tari remo. Semua pelaku seni THR mendatangi kantor DPRD Surabaya.
Mereka merasa diperlakukan tidak wajar dengan mengambil gamelan. Gamelan itu sudah puluhan tahun di THR.
“Alasan Pemkot mau dilaras,” sergah Maimura, Sekertaris Seniman Ludruk Irama Budaya Sinar Nusantara.
Para seniman tradisi Surabaya itu memprotes, berdemo, sambil membentangkan spanduk. Bahkan mereka juga menggelar ritual dan menggotong keranda mayat bertuliskan Seni Tradisional sebagai lambang kematian seni ini.
Maklum THR selama ini telah melegenda sebagia tempat pertunjukan mulai ludruk, ketoprak, hingga wayang orang.
Ketua DPRD Surabaya Armuji bakal memangil pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata secepatnya. “Keberadaan kesenian harus dilestarikan. Apalagi di lokasi yang ditutup juga untuk regenerasi seniman,” kata Armuji. (est/ano/yan)