SEKITAR KITA
Alih Fungsi Bangunan untuk Isoman terus Tuai Polemik di Surabaya
Memontum Surabaya – Alih fungsi beberapa tempat menjadi lokasi isolasi mandiri (Isoman) oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya, menuai polemik. Meski pun, alih fungsi yang bersifat sementara dan hanya diperuntukkan bagi pasien tanpa gejala atau gejala ringan, sebagaimana yang disampaikan Wali Kota Surabaya, Eri Cahyadi, beberapa waktu lalu.
“Termasuk Isoman di kelurahan, kalau di kelurahan kami manfaatkan gedung sekolah,” kata Eri Kamis (22/07) lalu.
Baca Juga:
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- HUT 79 Provinsi Jatim, Pj Gubernur Sematkan 10 Lencana Penghargaan Jer Basuki Mawa Beya
- Belum Genap Sepekan Beroperasi, Bus Trans Jatim Koridor V Surabaya-Bangkalan Dilempar Batu
Karena langkah tersebut, membuat beberapa warga pun was-was hingga berujung pada penolakan. Seperti di lokasi sekolah yakni SDN Gunungsari I-484 Jalan Kencana Sari Timur dan SDN Barata Jaya di Jalan Barata Jaya VIII, serta SDN Gubeng I di Jalan Gubeng Jaya V. Masing-masing SDN tersebut, dialih-fungsikan sebagai tempat Isoman.
Ketua Rt 03 Rw 05 Kelurahan Barata Jaya, Imam Setiono, mengatakan jika Pemkot Surabaya tetap menjadikan SDN Barata Jaya tersebut menjadi ruang isolasi. Karenanya, warga tidak segan-segan memboikot akses jalan dengan menutup portal.
“Jadi saya sebagai perwakilan warga, menolak keras SD Barata Jaya digunakan untuk tempat Isoman. Kalau dipaksakan, dengan berat hati kami akan menutup portal yang ada di lingkungan kami, supaya tidak bisa lagi akses untuk masuk ke lokasi,” ujarnya, Jumat (23/07) tadi.
Alasan Penolakan tersebut oleh warga, karena berbagai pertimbangan. Seperti, banyaknya Lansia, anak kecil, Balita dan tergolong pemukiman padat penduduk.
Hal Senada, juga disampaikan dari Ketua Rt 03 Rw 06 Gunungsari, Agus Purwanto, mengatakan warga tadi baru mengetahui bahwa petugas gabungan yang diterjunkan Pemkot Surabaya ke lokasi tersebut untuk melakukan pembersihan tempat, Jumat (23/07) tadi.
“Mulai dibersihkan pukul 07.00, warga baru tahu ya pas dibersihkan itu, salah satu petugas beri tahu kalo buat isolasi mandiri,” kata Agus saat ditemui di lokasi, Jumat (23/07).
Hal tersebut membuat warga sekitar kecewa. Karena sebelumnya tak ada sosialisasi, mereka emosi dan mendatangi petugas kemudian menyatakan penolakan soal alih fungsi SDN jadi tempat isolasi.
Sementara itu, penolakan serupa juga muncul di GOR yang satu lokasi dengan Gelora Bung Tomo (GBT). Warga sekitar lokasi juga melakukan penolakan, dengan membawa berbagai spanduk berisi tulisan bernada kecaman.
Menurut, Plt Camat Gubeng, Dedik Irianto, sangat disayangkan sikap warga sekitar lokasi SDN Barata Jaya. Karena situasi saat ini sudah darurat. Nantinya jika terlaksana, tempat Isoman tersebut dikhususkan bagi warga kelurahan disitu.
“Salah satu keluhannya karena pemukiman padat. Dibandingkan sama SDN Airlangga. Ini SDN Barata Jaya masih gede. Jalannya lebar. Situasi darurat. Kami harus pakai gedung itu untuk isolasi,” ungkap Dedik.
Selain itu, Dedik berharap kepada masyarakat supaya legowo (ikhlas menerima). Sebab tempat Isoman ini berbeda dengan RS yang ada peralatan medisnya. “Gedung Isoman itu sebenarnya kayak di rumah. Cuma ini lebih terpusat. Itu yang masuk bukan orang yang sakit. Tapi OTG (orang tanpa gejala), sehat tapi positif. Saya berharap warga bisa terbuka hatinya dan bisa menerima. Itu bukan rumah sakit. Tapi rumah Isoman. Nggak ada alat medis oksigen dan lainnya. Nanti kalau pasien butuh darurat medis, kami bawa ke RSLT atau RS Soewandhie,” ujar Dedik. (ade/ed2)