SEKITAR KITA
Bappeda Tulungagung Terima Replika Tengkorak Wajakensis dari Leiden Belanda
Memontum Tulungagung – Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Tulungagung menerima replika tengkorak kepala salah satu Homo Wajakensis atau manusia dari Wajak. Replika tersebut, langsung dikirim dari Museum Naturalis Biodeversity, Leiden Belanda oleh Natasja Den Ouden.
Kabid Litbang dan Perencanaan Pembangunan Bappeda Tulungagung, Ridwan, mengungkapkan bahwa awal mula mendapat replika ini atas pengusahaan pihaknya berkirim surat elektronik ke dua museum yang ada di Belanda. Akhirnya, salah satu museum merespon dan setelah proses berbulan-bulan lantas mendapat kepastian pengiriman.
“Kami akan melaporkan ke bupati terkait pengiriman dari Museum Boudeversity Naturalis Belanda ke Tulungagung. Nantinya petunjuk pak bupati, akan ditaruh di mana. Semisal ditaruh di lokasi di Gua Wajakensis, tentunya nanti kita akan menyiapkan melalui Dinas Pariwisata untuk sarana prasarana penunjang,” beber Ridwan di Ruang Rapat Bappeda, Kamis (08/12/2022) tadi.
Baca juga:
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
- Pemkab Banyuwangi Raih Penghargaan Penyelenggaraan Air Minum Aman dari Menteri PUPR
- Lihat Konser Pembuka Jombang Fest 2024, Seorang Perempuan Terkena Ledakan Petasan
- Pj Bupati Teguh Buka Gelaran Seminar Kebangsaan di Jombang Fest 2024
Usulan dari Bappeda sendiri, menurut Ridwan, ada dua pilihan yaitu diletakkan di Museum Tulungagung dan di Gua Wajakensis. Akan tetapi, kalau di museum, sudah ada replika tengkoraknya. Sehingga, Bappeda menyarankan untuk menunjang geoheritage yang ada di lokasi Gua Wajakensis bisa ditaruh di Wajak.
“Kalau kita taruh replika ini, ada sejarah ada narasi yang di sana untuk pendidikan. Karena memang geoheritage ini tujuannya satu untuk pendidikan, dua untuk wisata, dan ketiga untuk kesejahteraan masyarakat di sekitar wilayah,” paparnya.
Disinggung soal penambahan replika dari Leiden Belanda, Ridwan mengaku, masih akan membicarakan kembali. Sebab, replika mungkin bisa dibuat di Kabupaten Tulungagung, sebab sudah mashur bahwa orang Tulungagung ahli membuat sebagaimana julukan Kota Marmer.
“Kami tetap izin Ibu Natasha, apakah kita bisa mereplikasi ulang. Karena hak cipta yang asli ada di sana, kalau boleh kita akan bikin, ke depan bikin sendiri sebanyak yang dibutuhkan,” ungkapnya.
Di Museum Naturalis Biodeversity Leiden Belanda banyak keberagaman yang disimpan. Ridwan mengaku tidak kurang ada 2.000 fosil asli berasal dari Tulungagung tersimpan rapi di Belanda. Selain tengkorak, Bappeda Tulungagung menjelaskan masih banyak baik fosil manusia ataupun fauna. Akan tetapi, yang ingin dikembangkan lebih kepada sejarah manusia. Hal tersebut karena manusia tertua di Indonesia salah satunya adalah Wajakensis.
Pihaknya mengaku, ada keragaman hayati dan binatang yang cukup potensial. Sementara, saat ini lebih konsentrasi pada sejarah manusianya, karena yang ditonjolkan di Geopark Homo Wajakensis, di mana mulai dari dulu dikenal di dunia internasional terutama untuk edukasi.
“Selain ini ada tulang, tetapi yang mewakili keberadaan manusianya lebih ke kepala tengkoraknya. Kalau kakinya mungkin dari nilai pendidikan atau pembuktian kurang, namun yang lebih faktual itu pasti tengkoraknya,” jelasnya. (jaz/gie)