SEKITAR KITA
Di Balik Banjir Bandang Kiriman di Kota Malang, Usaha Laundry Ludes Terbawa Arus Berikut Pakaian Pelanggan
Memontum Kota Malang – Banyak kisah pilu akibat banjir bandang kiriman dari Kota Batu, yang membawa dampak kepada warga Kota Malang. Warga yang tinggal di bantaran sungai, tidak mengira jika biasanya banjir yang datangnya secara bertahap atau beransur-ansur, namun saat itu air tiba-tiba deras dan menghantam rumah mereka.
Salah satunya adalah warga RW 9 Kelurahan Jatimulyo, Rofi’i, dirinya bersama para warga lainnya terpaksa harus mengungsi sementara dengan tidur di Balai RW, akibat rumahnya yang terdampak banjir.
Baca juga:
- Soroti Prodamas, Calon Wali Kota Kediri Bunda Fey Sebut Program Kesejahteraan Masyarakat Harus Lanjut
- Tingkatkan Nilai Keislaman Pelajar, Pemkab Banyuwangi Kembali Gelar FAS
- Kunjungi Kelurahan Manisrenggo, Bunda Fey juga Beri Perhatian Khusus untuk Penyandang Disabilitas
“Awalnya itu kemarin pukul 15.00. Berselang 1 jam kemudian, air mulai naik, terus deras arus airnya. Padahal, di sini tidak hujan dan hanya gerimis,” katanya.
Pria berumur 65 tahun itu mengaku, jika dirinya pun kewalahan saat menyelamatkan diri karena tingginya kecepatan air Sungat Brantas. “Saya dan tetangga bingung semua melihat air yang meninggi. Kami disuruh mengungsi ke Balai RW, karena air terus meluap sampai 1,5 meter. Saat itu kewalahan saya,” ceritanya.
Kamis malam itu, dirinya dan ratusan pengungsi lainnya, pun harus tidur di pengungsian Balai RW 9, Kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru. Meski tidak ada korban jiwa, Rofi’i mengatakan ini lebih parah dibandingkan tahun 2004 lalu.
Hal memprihatinkan juga dialami warga RW 5, Kelurahan Penanggungan, Tantri. Banjir kiriman itu membuat usaha laundrynya berantakan. Bahkan, tidak ada satu pun perkakas yang tersisa. Hanya timbangan baju yang ditemukan tersangkut di atas atap rumahnya ketika banjir surut.
“Barang hilang semua tidak ada yang tersisa. Saya yang nangis semalaman sampai tidak bisa menangis lagi, karena sudah pasrah. Mau gimana pun juga tidak akan kembali,” ungkap Tantri.
Dirinya menceritakan, bahwa kejadian Kamis sore itu, cukup cepat. Biasanya jika terjadi banjir, air biasanya menggenang perlahan. Namun kemarin, arus berkecepatan tinggi menghantam tembok pembatas antara rumah warga dan sungai.
“Air masuk langsung besar, tembok pinggiran sungai ambrol. Tiba-tiba sudah sepinggang, saya sekeluarga panik, tidak bisa menyelamatkan apapun. Sudah akhirnya lari saja yang penting nyawa selamat,” katanya.
Baju para pelanggannya pun juga hanyut terbawa arus. Beberapa yang tertinggal, baju tersebut sudah penuh dengan lumpur bawaan banjir. “Untung saja pelanggan tidak marah, mereka paham ini bencana, bukan karena kelalaian saya. Saya sudah ngomong ke mereka, mungkin ada sekitar belasan kantong. Ya orang-orang kampung sini aja yang laundry,” tambahnya.
Dirinya berharap, pemerintah segera turun tangan membantu pembangunan rumah yang terdampak dan rusak. Terlebih di lokasi tersebut, ada Posyandu yang kondisinya rusak 90 persen akibat hantaman banjir.
“Harapan utamanya ya ada bantuan untuk perbaikan rumah supaya kami bisa kerja lagi. Lalu air bersih juga kami butuh sekali karena ini mati. Untung saja tetangga pada baik, jadi yang di rumahnya punya sumur, kita numpang mandi di situ,” tuturnya. (mus/sit)