Kediri

Dilabrak Emak-emak Soal Janji Palsu, Bupati Kediri Sampaikan Tidak Mungkin ‘Mblenjani’ Janji

Diterbitkan

-

Dilabrak Emak-emak Soal Janji Palsu, Bupati Kediri Sampaikan Tidak Mungkin 'Mblenjani' Janji

Memontum Kediri – Emak-emak memang identik dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos dalam menyampaikan maksud atau kata. Hal ini juga, yang dilakukan oleh salah satu warga Kecamatan Wates-Kediri, Ida Royani, yang menegur atau melabrak Bupati Kediri, karena dirinya merasa diberi harapan palsu oleh calon atau oknum pejabat pemerintahan.

Momen ini terjadi, ketika Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana, sedang melihat peserta Lomba Memasak Mustika Rasa, Selasa (19/07/2022) tadi. Kala bupati muda tersebut menghampiri meja dengan nomor 038 dan membaca rencana resep makanan yang akan dibuat oleh Ida dan kawan satu timnya, Ida secara tiba-tiba langsung menghujani Mas Dhito-sapaan akrab Bupati Hanindhito, dengan berbagai keluhan.

“Yang paling penting dari kami itu, menyampaikan aspirasi, mas (Bupati, red),” kata Ida.

Mendapat sapaan yang tiba-tiba, Mas Dhito pun dengan ramah menanyakan maksud atau keluhan yang ingin disampaikan. “Ini Panjenengan sudah ketemu kalih kulo, nopo masalah e jenengan. (Ini anda sudah bertemu dengan Bupati, ada masalah apa, red)?,” tanya Mas Dhito.

Advertisement

Tanpa pikir panjang, Ida pun kemudian menimpali keluhan atau unek-unek yang ingin disampaikan. Diantaranya, yakni ingin teman-teman yang ada di Hongkong, untuk bisa dibuatkan E-KTP di sana.

Baca juga:

Sebab, cuti bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang ada di Hongkong, hanya dua minggu dan tidak ada waktu kalau harus mengurus langsung pengurusan pencatatan sipil ke Kabupaten Kediri. Terlebih, dengan jangka waktu tersebut, waktu cuti tersebut terpotong untuk menjalani karantina.

Mendapat penjelasan itu, Mas Dhito pun menjawab akan mengecek di Dinas Tenaga Kerja. Karena, Ida sendiri saat ditanya berapa banyak PMI yang dimaksudkannya, juga menjawab dengan cetus agar melihatnya di dinas tersebut.

“Nanti kita akan data dan berikan E-KTP,” jawab Mas Dhito pada perempuan yang sebelumnya juga sebagai PMI ini.

Advertisement

Belum sempat menyelesaikan penjelasannya, apa yang hendak disampaikan Mas Dhito, pun kemudian dipotong Ida. Dirinya menginginkan juga, adanya sosialisasi perizinan bagi kawan-kawannya yang masih berada di luar negeri itu.

“Itu yang pertama. Yang kedua, tentang sosialisasi izin-izin. Kalau bisa yang ada di Hongkong, itu diberikan sosialisasi bagaimana cara membuat NIB dan lain sebagainya. Yang Ketiga, kita minta sosialisasi literasi tentang properti. Kita ingin teman-teman yang ada di luar negeri, itu jika ambil atau bangun rumah di Kabupaten Kediri, itu gampang dengan birokrasi yang tidak berbelit-belit,” kata Ida tanpa jeda.

Ida pun menyinggung, dahulu banyak orang atau calon, yang ke Hongkong untuk memberikan janji-janji dengan tujuan nanti dipermudah kalau sudah menjadi pejabat. Tetapi ternyata, setelah mereka jadi pejabat malah tidak terbukti.

Sementara Ida sendiri, saat ditanya balik siapa nama calon atau nama orang yang dimaksud itu, justru tidak menyebut. Termasuk, nama-nama orang yang pernah memberikan janji-janji kepada PMI.

Advertisement

“Pejabate sopo (pejabatnya siapa), Bu. Pemerintahan saya?,” tanya Mas Dhito, mencoba mengurai cerita emak-emak berusia 45 tahun itu.

Karena tidak mendapatkan keterangan pasti dari Ida mengenai calon atau oknum pejabat yang memberikan janji, Mas Dhito mencoba mengurai bahwa dirinya tidak pernah bertolak ke Hongkong. Apalagi, untuk menemui warga Kabupaten Kediri di sana yang menjadi PMI. Mas Dhito juga menjawab, bahwa jika dirinya yang berjanji, maka tidak mungkin dirinya akan memberikan harapan palsu ke warga.

“Saya enggak ke sana (Hongkong, red). Jadi, kalau saya sudah janji, pasti saya enggak mungkin mblenjani (mengingkari) janji,” kata Mas Dhito.(kom/pan/sit)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas