Kota Batu
Gereja Paroki Gembala Baik Kota Batu Gelar Jumat Agung
Memontum Kota Batu – Umat Kristiani di seluruh dunia merayakan Jumat Agung. Seperti halnya, yang terlihat di Gereja Paroki Gembala Baik, Kota Batu. Mereka merayakan ibadah Jumat Agung, pada Jumat (15/04/2022) pukul 15.00, yang dipersembahkan oleh Pastor Paroki.
Jumat Agung merupakan bagian dari Tri Hari Suci Paskah setelah Kamis Putih dan akan diikuti dengan Minggu Paskah.
Jumat Agung merupakan hari peringatan penyaliban Yesus Kristus di Bukit Golgota, seusai dijatuhi hukuman mati oleh Pontius Pilatus, Yesus memanggul sendiri salib-Nya ke Golgota. Dia memanggul salibnya dalam kondisi penuh luka dan hampir hilang tenaga.
“Jumat Agung merupakan peringatan akan kesengsaraan yang dialami oleh Yesus Kristus. Kita sebagai manusia diajak untuk merenungkan dan merasakan sedikit dari rasa penderitaan itu dan berharap setelah Jumat Agung ini kita sebagai manusia menjadi manusia baru, tidak mengulang kesalahan kesalahan yang telat diperbuat” ucap Pastor Paroki Gereja Gembala Baik Batu, Yulius Agi Harianto, Jumat (15/04/2022) tadi.
Romo Agi juga menambahkan, pada Jumat Agung, umat Kristiani mengingat hari di mana Yesus rela menderita dan mati dengan penyaliban sebagai pengorbanan terakhir untuk dosa-dosa manusia. Tetapi, sebelum mengenang wafat Yesus, umat Katolik akan mengenang perjamuan terakhir Yesus bersama para murid. Perayaan ini disebut dengan Kamis Putih.
Baca juga :
- Pj Wali Kota Malang Tekankan Kewaspadaan Dini Jaga Kondusifitas Pilkada 2024
- Peduli Wilayah Kekeringan, Bunda Indah Distribusikan Tangki Air Bersih untuk Masyarakat
- Ketua DPRD Trenggalek Definitif Periode 2024-2029 Resmi Ditetapkan
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
Kamis Putih merupakan perjamuan makan malam terakhir Yesus sekaligus ucapan perpisahan dari-Nya dan mengajarkan para murid untuk saling melayani. Hukuman salib merupakan hukuman bagi orang Yahudi yang berbuat kesalahan sangat fatal. Salib merupakan lambang penghinaan. Akan tetapi, buat Yesus, salib justru menjadi wujud tanggung jawab akan perutusan Allah Bapa. Dengan penyaliban, Yesus Kristus menunjukkan kasihnya kepada umat manusia.
“Kita sebagai manusia menghindari penderitaan, tetapi Yesus dengan rela menderita mati di kayu salib. Mengajak kita untuk melawan penderitaan bukan dengan kekerasaan melainkan dengan kelembutan, artinya utamakan cinta kasih,” ungkap yang akrab di sapa romo Agi.
Perayaan Jumat Agung cukup berbeda dengan Rabu Abu, Minggu Palma, Kamis Putih maupun nanti Minggu Paskah. Karena peringatan sengsara dan wafat Yesus, suasana gereja diliputi keheningan dan nyaris tanpa riasan hanya salib-salib di gereja, semua ditutup kain berwarna ungu.
Kemudian di tengah perayaan, terdapat upacara penghormatan salib. Ini diawali dengan pembukaan penutup kain pada salib, kemudian dilanjutkan dengan upacara penghormatan salib yakni umat mencium salib di mana Yesus bergantung. Tetapi mengingat kondisi pandemi penghormatan salib diganti dengan membungkuk secara bersamaan.
“ Pada Jumad Agung kali ini sangat bermakna bagi masyarakat Batu dan sekitarnya, di balik kesengsaraan Yesus terdapat makna bagi umat agar menjadi manusia yang lebih kuat dalam menghadi situasi yang sering di hadapi seperti Yesus yang mampu menahan sengsara sampai ke kayu salib,“ tegas Agi. (mg1/mg3/gie)