Bondowoso
Gubernur Khofifah Ingin Jatim Swasembada Bawang Putih
Memontum Bondowoso – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa menginginkan Jatim bisa swasembada (mencukupi kebutuhan sendiri, red) bawang putih. Karena, orang nomor satu Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jatim, ini melihat potensi sektor pertanian Jatim sangat besar dan melimpah dalam mengembangkan produksi tanaman bawang putih.
Gubernur Khofifah menyampaikan keinginan tersebut, saat melihat langsung hasil panen perdana bawang putih di lahan seluas 41 hektar di Desa/Kecamatan Sempol, Bondowoso, Sabtu kemarin (3/8/2019). Hasil panen perdana bawang putih, ini merupakan kerjasama Pemprov Jatim dengan Pusat Inkubasi Bisnis Syariah Majelis Ulama Indonesia (Pinbas MUI) Jatim untuk menggalakkan menanam bawang putih guna menuju swasembada bawang putih di provinsi paling Timur di Pulau Jawa.
”Meski kualitas bawang putih lokal masih butuh peningkatan, namun saya optimistis ke depan akan menginisiasi kesuksesan swasembada bawang putih Jawa Timur. Apalagi, Keputusan Menteri Pertanian mewajibkan siapa yang mengimpor bawang putih, maka harus diikuti menanam 5 persen. Mungkin tidak semua punya lahan, tidak semua mempunyai kemampuan menanam, maka melalui Pinbas MUI Jawa Timur menginisiasi, bahwa kita sangat memungkinkan untuk swasembada bawang putih,” kata Khofifah.
Terlebih, lanjut mantan Menteri Sosial Kabinet Kerja Presiden Jokowi, ini dalam penanaman bawang putih di Sempol, Pinbas MUI Jatim sudah bekerja sama dengan Perhutani Divre Jatim. Sehingga, lahan mendapat dukungan Perhutani dan penanaman bawang putih melibatkan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH).
”Kalau kita bisa mendapat bibit yang baik, teknologi sesuai topografi tanah, dan ada pendampingan sejak mulai penanaman, maka bukan tidak mungkin, ke depan Jatim bisa swasembada bawang putih,” tegasnya dengan tersenyum.
Khofifah menyadari kualitas bawang putih dari panen perdana di Desa Sempol belum sebaik bawang putih impor dari Tiongkok. Sehingga, dibutuhkan sentuhan teknologi pertanian dan bibit bawang putih unggul untuk meningkatkan kualitas produk. Meski begitu, bawang putih berukuran kecil hasil panen dari Bondowoso masih laku dijual untuk bahan obat-obatan dan mencukupi kebutuhan lokal.
”Dan, hari ini ada calon investor sudah keliling Jatim tiga hari ini. Saya sudah WA beliau dan mengirimkan foto-foto bawang putih lokal kita. Saya juga sudah menugasi pejabat Pemprov Jatim untuk membawakan bawang putih Bondowoso pada calon investor itu,” jelasnya.
Ketua Pinbas MUI Jatim Wahid Wahyudi mengatakan panen perdana bawang putih di Sempol Bondowoso adalah hasil budidaya Pinbas MUI Jatim bersama Perhutani. Ini adalah bukti nyata, bahwa MUI bukan hanya berurusan dengan fatwa dan akhlaq. Tapi, juga mengembangkan sayap di sektor ekonomi riil.
”Kebutuhan bawang putih Jatim per tahun sekitar 56.580 ton. Sedangkan, kemampuan produksi bawang putih Jatim hanya 3.040 ton. Sehingga 94.4 persen impor dari luar negeri, terbanyak dari Tiongkok,” katanya.
Bawang putih impor ukurannya lebih besar dan harganya lebih murah sekitar Rp 22 ribu perkilogram. Sedangkan, bawang putih lokal berkualitas harganya mencapai Rp 50 ribu perkilogram.
”Dari segi bisnis memang kalah. Tapi, sekarang ada kewajiban bagi pengimpor bawang putih untuk menanam 5 persen dari jumlah bawang putih yang diimpor. Ini keuntungan Jatim yang memiliki lahan luas untuk mengembangkan bawang putih,” katanya.
Untuk itu, tambah Asisten II Pemprov Jawa Timur itu, dari 41 hektar yang ditanami bawang putih, tinggal 12 hektar diantaranya belum panen. Luasan 12 hektar bawang putih sengaja dipanen terlambat, karena untuk bibit bawang putih baru. (ido/yan)