Pamekasan
Hadiri Pekan Ngaji, Bupati Pamekasan Minta Santri Ikut Perubahan dan Percepatan
Memontum Kota Pamekasan – Panitia Pelaksana Pekan Ngaji 6 Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata (Ponpes MUBA) adakan ngaji kepemudaan bertajuk ‘Leadership for young leader’ pada Minggu malam (21/03).
Pengajian dan diskusi yang digelar di Halaman Madrasah Barat Ponpes MUBA Pamekasan tersebut sebagai bentuk silaturrahmi dan refleksi terhadap pemuda agar terus belajar, terarah, termotivasi dan menciptakan kepemimpinan yang handal.
Turut hadir dalam pelaksanaan ngaji tersebut, Pengasuh Pondok Pesantren, Mauidzul Amin, KH. Moh. Amin Rifki dan juga Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pamekasan, Akhmad Zaini serta beberapa anggota Polres Pamekasan.
Sementara itu, Bupati Pamekasan masa bakti 2018-2023, H. Badrut Tamam, S.Psi yang juga tercatat sebagai alumni Pondok Pesantren Mambaul Ulum Bata-Bata ditunjuk sebagai pemateri tunggal dalam ngaji kepemudaan tersebut, sebagi moderator, Ahsan Riadi, MA.
Sebelum masuk pada materi, Ra Badrut – sapaan akrab Bupati Pamekasan tersebut, menceritakan masa-masa indahnya sewaktu masih menimba ilmu di Pondok Pesantren Bata-Bata, “Waktu itu saya masuk pertengahan tahun 1993.” Dia juga menuturkan bahwa dulunya sama seperti santri pada umumnya, “Sama-sama belajar, ya walaupun dulu tidak ada Pekan Ngaji,” tutur politikus PKB tersebut.
“Sebagai pemimpin, Saya memilih cara persaudaraan sebagai pondasi menjadi pemimpin, karena komitmen pemimpin perubahan besar, tidak mungkin ada hasil luar biasa dari kerja biasa-biasa, dan tidak mungkin santri yang belajar biasa biasa saja bakal mendapatkan hasil luar biasa juga,” seru pria lulusan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) tersebut.
Dia juga mewanti-wanti para santri agar tidak berkecil hati untuk menjadi pemimpin, walaupun berasal dari keluarga menengah ke bawah. Pasalnya finansial bukanlah sebagai halangan dalam dunia kepemimpinan, “Jika uang merupakan syarat mutlak, maka kita terjebak dalam kesalahan berpikir,” pesannya
Baca Juga : Diterpa Isu Pemotongan TPG dan TPP, Komisi IV DPRD Pamekasan Panggil Kadisdik
“Dulu persepsi masyarakat kalau sekolah di Kota atau sekolah negeri akan menghasilkan lulusan unggulan terbaik, dan sekolah di pesantren dianggap terbelakang karena Pesantren dihuni oleh masyarakat pedesaan, tapi hal itu mulai berubah sejak tahun 2000-an, karena sekolah negeri atau SLTA itu banyak menghasilkan lulusan tidak berkarakter lagi, sedangkan pesantren malah sebaliknya dan mulai naik daun sebagai lembaga luar biasa mencetak generasi bangsa yang berkarakter, karena hidup di Pesantren santri akan memiliki keikhlasan yang luar biasa, memiliki kesederhanaan, memiliki pondasi amaliah dan diniyah yang bagus,”ujarnya.
Tidak hanya itu, dia bahkan menanyakan dan mengajak santri bahwa “Siapa kita? Kita ada jawaban masa depan, Siapa kita? Kita adalah pemimpin di hari esok, jika ingin tahu wajah Indonesia ke depan ya kita lihat wajah generasi muda saat ini,” urainya.
“Dunia di masa depan itu membutuhkan 4 syarat, dunia masa depan membutuhkan orang yang jujur (trust), dunia masa depan membutuhkan orang yang berilmu (Sience), dunia masa depan membutuhkan orang yang cepat (Fast/akseleratif), dunia masa depan membutuhkan orang yang bermanfaat bagi manusia lainnya (Khairunnas Anfaukum Linnas),” imbuhnya.
Para santri begitu antusias mengikuti ngaji kepemudaan tersebut, terbukti kurang lebih ada ribuan santri yang hadir, tentunya tanpa melupakan protokol kesehatan. “Santri wajib pakai masker, duduknya juga kami design berjarak 1 meter,” ujar Ma’ruf selalu tim medsos Pekan Ngaji 6.
Di penghujung acara, pihak panitia menunjuk KH. Amin Rifki untuk memberikan cenderamata serta beberapa bingkisan kenang-kenangan kepada pemateri serta moderator ngaji kepemudaan tersebut. (Fid/ed2)