Kota Malang

Jasa Tirta Siap Penuhi Kebutuhan Air Saat Kemarau

Diterbitkan

-

Bendungan Sutami, salah bendungan yang siap memenuhi kebutuhan air saat kemarau. (rhd)

Memontum Kota Malang – Usai Juni, diprediksi 5 bulan kedepan rata-rata curah hujan lebih rendah karena memasuki musim kemarau. Berdasarkan prediksi BMKG, perkembangan ENSO dari BMKG menyatakan, fenomena El Nino Lemah akan berlangsung hingga November 2019 (indeks ENSO berkisar -0.46 hingga 0.78). Tentunya, hal ini berdampak pada distribusi curah hujan bulanan di Jawa Timur pada kisaran dominan lebih kecil dari normalnya.

“Dalam menghadapi musim kemarau, Perum Jasa Tirta I (PJT I) sebagai BUMN pengelola sumber daya air, memiliki peranan dalam mengelola ketersediaan air permukaan melalui pengendalian, serta pengaturan waduk-waduk yang dikelola oleh perusahaan. Tampungan air yang telah disimpan sepanjang musim hujan didistribusikan secara merata hingga hilir aliran di sepanjang kemarau,” jelas Direktur Utama PJT I, Raymond Valiant Ruritan, ST, MT, kepada awak media.

Raymond Valiant Ruritan, ST, MT, saat menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Raymond Valiant Ruritan, ST, MT, saat menjawab pertanyaan awak media. (rhd)

Disebutkan Raymond, ada 8 bendungan besar yang dikelola oleh PJT I, dimana 7 bendungan di Wilayah Sungai Brantas, dan 1 bendungan di Wilayah Sungai Bengawan Solo. Kedelapan bendungan tersebut, di antaranya Bendungan Sengguruh, Bendungan Sutami, Bendungan Lahor, Bendungan Wlingi, Bendungan Selorejo, Bendungan Wonorejo, Bendungan Bening, dan Bendungan Wonogiri.

“Setidaknya untuk memenuhi kebutuhan air selama 5 bulan kedepan hingga Oktober tersedia 354 juta m3 tampungan air di WS Brantas dan 348 juta m3 di WS Bengawan Solo,” sebut kera Ngalam, kelahiran 12 Agustus 1969 ini.

Dari hasil analisa BMKG, perkembangan dinamika atmosfer-laut hingga dasarian I Mei 2019, tampak bahwa anomali suhu muka laut di Samudera Pasifik Ekuator bagian tengah (Nino 3.4) mengindikasikan kondisi El Nino Lemah (+0.77 °C). Hal ini mengakibatkan rata-rata curah hujan di beberapa wilayah cukup rendah.

Advertisement

Sementara, hasil pemantauan yang dilakukan oleh PJT I, diketahui kondisi elevasi beberapa waduk Perum Jasa Tirta I di akhir musim hujan berada di bawah elevasi muka air tinggi atau High Water Level (HWL). Elevasi Sutami per 1 Juni tercapai 272,34 m (SHVP) atau 0,16 m dibawah HWL, sedangkan Wonogiri di awal Mei hanya tercapai 135,51 m (SHVP) atau 0,49 m di bawah HWL.

Untuk mengendalikan kondisi ini, PJT I melakukan pengaturan debit outflow di setiap waduk dengan tetap memperhatikan pemenuhan kebutuhan air di masing-masing sektor pemanfaat yang telah diperhitungkan dalam Pola Operasi Waduk Tahunan (POWT) & Alokasi Air (POWTAA). POWTAA merupakan produk yang dihasilkan oleh Kementerian PUPR yang sebelumnya dibahas oleh Tim Koordinasi Pengelolaan SDA (TKPSDA), yang terdiri dari berbagai unsur berkepentingan akan air permukaan, baik dari sektor pemerintah maupun msyarakat pengguna air, petani, pelaku industri, PLTA, maupun PDAM.

Meskipun elevasi waduk berada dibawah Pola, namun hingga saat ini layanan suplai air permukaan, baik untuk kebutuhan irigasi maupun domestik masih terpenuhi sesuai kebutuhan (deviasi terhadap Pola <20 persen). Layanan ini menjadi perhatian utama dan selalu dipantau secara real time oleh PJT I.

“Jika diketahui ketersediaan air yang ada sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan, utamanya suplai irigasi sebagai pengguna air permukaan terbesar hingga 70 persen, maka PJT I berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) akan mengusulkan adanya sidang TKPSDA untuk melakukan review terhadap kesesuaian Pola dengan kondisi yang ada. Jika diperlukan, maka akan dilakukan perubahan POWTAA,” terang alumnus S1 Teknik Pengairan UB 1996 ini.

Advertisement

Melalui pengelolaan sumber daya air secara terpadu, akan dapat menciptakan keharmonisan dalam pemenuhan kebutuhan air. Keberadaan waduk sebagai penyimpan air dapat berperan secara optimal dalam pengalokasian air mengantisipasi kekeringan.

“Dalam pengoperasian bendungan, bendung, dan pintu air, Perum Jasa Tirta I selaku operator selalu berpedoman terhadap POWTAA, sehingga pada musim kemarau pun, keseimbangan pasokan air untuk kebutuhan PLTA, air bersih, maupun irigasi tetap terjaga dan terkendali. Sehingga peran Perum Jasa Tirta I sebagai BUMN pengelola sumber daya air, dapat meningkatkan tercapainya program nasional dalam ketahanan pangan dan energi,” tandas peraih IPK 3,97, saat menempuh magister Teknik Sipil UB 2007. (adn/yan)

 

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas