Kabar Desa

Kalianget, Kota Berperadaban Modern

Diterbitkan

-

Tampak Gedung Biokop, reruntuhan pabrik garam dan bekas gedung Central (mesin pembangkit listrik).
Tampak bekas Gedung Central (mesin pembangkit listrik), Gedung Bioskop dan reruntuhan pabrik garam.

Sebagai Kota Industri dan Pusat Perdagangan

Memontum Sumenep – Meski lokasinya terletak di Kecamatan Kalinget, Kabupaten Sumenep, Kantor PT Garam memiliki pesona wisata khas peninggalan sejarah. Bahwa di Kantor Pabrik Garam itu memang sudah maju peradabannya di masa itu.

Hal itu bisa dilihat dari peninggalan sejarah seperti bangunan kantor, perumahan karyawan, pabrik garam, mesin pembangkit listrik (Central Listrik), kilang batu bara, lori seperti kereta api, gedung bioskop, pusat olahraga, gedung rakyat (Gerak), kolam renang, tendon air dan pelabuhan atau Dermaga Kalianget.

Salah seorang pemerhati budaya Sumenep Ridwan mengungkapkan, Kalianget, sebuah desa yang sangat terkenal di masanya. Betapa tidak, sebuah peradaban maju dan modern semua hadir dan tersuguhkan di Kalianget. Mulai gedung bangunan yang berarsitektur eropa modern seperti Kantor PT Garam, perumahan karyawan, adanya mesin pembangkit listrik.

“Padahal, di masa itu, Sumenep kota saja masih menggunakan lampu penerangan taplek dari api. Sementara di Kalianget sudah menggunakan mesin pembangkit listrik. Tidak hanya itu, di Madura umumnya dan Kabupaten Sumenep khususnya bangunan rumah masih banyak yang dari gubuk bambu. Untuk orang yang agak mampu atau kaya saja rumahnya sudah dari gedung. Hanya saja model bangunannya masih ala Jawa (rumah Pegun, Madura),” kata Ridwan.

Di Kalianget khususnya di area industri garam, lanjut Ridwan, Kantor PT Garam, bangunan hampir semua berarsitektur Eropa modern. Sudah pakai listrik, bukan lampu/damar taplek (Madura). Termasuk juga air mandi dan minum bukan diambil dari sumur melainkan sudah pakai air bor dan menggunakan tendon air untuk dialirkan ke perumahan karyawan dan punggawa PT Garam. “Kalau sekarang semacam air PDAM mungkin,” katanya.

“Para karyawan atau buruh PT Garam pergi ke lahan pegaraman diangkut menggunakan lori seperti Kereta Api kecil. Bukan diangkut pakai dokar atau sepeda ontel. Lori itu digerakkan dengan bahan bakarnya dari batu bara. Dan dulu, para buruh, karyawan PT garam tersebut sangat dimanjakan dengan dijemput kereta atau lori. Sangat mirip Eropa banget bahkan itu hampir seperti kota Surabaya dan Jakarta kala itu,” beber pemerhati budaya milenial ini.

Advertisement

Dia menambahkan, hasil produksi garam lalu diangkut atau dikirim menggunakan kapal-kapal besar yang berlabuh di dermaga Kalianget. Dan pada akhirnya produksi garam industry atau rakyat itu dikirim ke Surabaya, Eropa dan lain sebagainya. Jadi dermaga itu jadi pusat perdagangan karena posisinya yang sangat strategis sebagai lalu lintas pelayaran.

“Jadi di Kota Tua Kalianget itu dulunya kerap jadi keluar masuknya orang luar ke Sumenep. Berbagai kebutuhan sembako dikirim melalui pelabuhan Kalianget. Saking majunya Kalianget di masanya karena di dalamnya dilengkapi dengan fasilitas lengkap ala Eropa/ bangsa barat. Seperti ada gedung rakyat untuk acara hajatan warga. Ada juga gedung bioskop untuk menonton film serta kolam renang untuk umum yang semuanya harus berbayar,” beber Ridwan. (adv/edo)

Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas