Pemerintahan
Keteledoran RSUD Pasirian Juga Dialami Warga Desa Jarit
Pasien sampai dibawa ke ICU
Memontum Lumajang – Kejadian yang dialami Asnawi – pasien RSUD Pasirian, Kabupaten Lumajang, yang menjadi korban keteledoran rumah sakit, siapa sangka juga mematik reaksi mantan pasien di RSUD Pasirian, Kabupaten Lumajang. Adalah Untung, warga Desa Jarit, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, yang menjelaskan kepada Memontum.com, bahwa dirinya juga pernah menjadi korban keteledoran dari rumah sakit tersebut.
Seraya mencoba mengingat-mengingat kembali kapan kejadian apes itu menimpanya, Untung mengatakan, bahwa dirinya beberapa waktu lalu, pernah masuk RSUD Pasirian. Dirinya dirujuk ke rumah sakit itu, setelah mendapat rekomendasi dari Puskesmas, akibat sakit lambung.
“Waktu itu, saya sakit lambung. Lalu, dirawat di Puskesmas Candipuro, sebelum akhirnya dirujuk ke RSUD Pasirian,” kata Untung.
Ditambahkan, saat berada di RSUD Pasirian, dirinya sudah memberitahu kepada dokter atau perawat rumah sakit, bahwa dirinya memiliki alergi terhadap jenis obat anti nyeri. Hal itu disampaikan, dengan tujuan agar alerginya tidak kambuh selama menjalani perawatan.
Awalnya, masih menurut Untung, pihak rumah sakit langsung merespon dengan mencobakan salah satu obat ke bagian tangannya. Itu dilakukan, untuk mengetahui apakah obat itu membuat alergi dirinya, atau tidak. Ternyata, hasilnya membuat tangan yang diberi obat tersebut menjadi bentol.
Sayangnya, papar Untung, perawat di RSUD Pasirian, dalam memberikan pelayanan kepada pasien banyak berguraunya. Sehingga, terjadilah kesalahan atau keteledoran itu.
“Perawate kakean guyon (Perawatnya kebanyakan bergurau), mas. Waktu obat dicoba (tes) ditangan saya, sebentar kemudian tangan saya langsung bentol dan mereka tahu. Namun, perawat itu lupa sehingga obat tersebut disuntikkan ke selang infus saya. Ya langsung sesak, saya. Badan bentol semua dan anak saya sampai marah-marah di situ. Saya sampai masuk ICU,” ujarnya.
Direktur RSUD Pasirian, dr Wawan Arwijanto, saat disinggung mengenai kejadian yang disampaikan Untung, mengatakan kalau alergi pihak rumah sakit tidak bisa memprediksi. Dengan alasan, jenis obatnya yang ribuan dan bahkan jutaan jenis obat.
“Kita nggak pernah prediksi. Nggak bisa juga prediksi satu obat alergi, kemudian satu obat yang lainnya tidak alergi. Jadi, memang alergi itu tidak bisa kita prediksi,” kata dia.
Wawan melanjutkan, kecuali memang ada riwayat. Tetapi, riwayat itu pun dengan obat yang lain, kan belum pernah. Mungkin beda kandungan jenis obat, ternyata juga ikut alergi. Jadi, sulit untuk memprediksi alergi itu, jadi yang bisa dikatakan satu orang alergi terhadap obat A yang lainnya tidak.
“Jangankan obat, bahkan sabun, itu ada yang alergi. Seperti air, ada yang alergi. Susu pun, ada yang alergi. Jangankan obat, tiap benda apapun yang masuk ke dalam tubuh, bisa menimbulkan alergi. Itu butuh, klarifikasilah lebih lanjut, apa yang menimbulkan alergi dan sebagainya. Kita ngak bisa prediksi seseorang itu alergi atau tidak,” pungkasnya. (adi/sit)