KREATIF MASYARAKAT
KJP dan Tanggungjawab Wartawan
Tepat pada 1 Agustus 2021, Komunitas Jurnalis Pamekasan (KJP) lahir ke bumi Gerbang Salam. Lokasi deklarasi perkumpulan juru tulis itu cukup sakral dan penuh ‘bara’.
Cafe Army -Cafe Tentara. Letaknya, selatan markas komando distrik militer (Makodim 0826) Pamekasan.
Pemilihan Cafe Army sebagai tempat deklarasi berdirinya orgnisasi lokal itu, salah satunya karena semangat militansi tentara sebagai penjaga teritorial. Penjaga rakyat. Semangat ketentaraan itu diharapkan menular kepada punggawa KJP. Penjaga pilar keempat demokrasi.
KJP hadir dengan ghiroh ukhuwah basyariah (persaudaraan sosial). Semangat ala anak pesantren Hablun Minanas (hubungan antar sesama manusia) . Tidak lebih dari itu. Jika lebih, sebagai penyemangat dan pemanis perkumpulan semata.
Saya ingat pribahasa ألحق بغير نظام يغلبه الباطل بنظام (Kebenaran yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kebatilan yang terorganisir). Semangat berkumpul dan berorganiasi inilah dimungkinkan akan menambah frofesionalisme wartawan yang tergabung dalam KJP. Utamanya dalam hal penulisan berita. Adalah sangat bahaya sekali jika wartawan Salah menulis kebatilan yang terorganisir dibaca publik.
Baca juga :
- Ketua DPRD Trenggalek Definitif Periode 2024-2029 Resmi Ditetapkan
- Pemkab Jember Hentikan Sementara Penyaluran Bansos, Hibah dan Honor Guru Ngaji
- Besok, 32 Ribu Peserta Bakal Ikuti Tes SKD CPNS di Kota Malang
- Pemkab Banyuwangi Raih Penghargaan Penyelenggaraan Air Minum Aman dari Menteri PUPR
- Lihat Konser Pembuka Jombang Fest 2024, Seorang Perempuan Terkena Ledakan Petasan
Mengutip penggalan istilah Kabag Protokol dan Komunikasi Pimpinan (Prokopim) Pemkab Pamekasan, Sigit Priyono, tulisan wartawan bisa mempengaruhi puluhan ribu pembaca. Salah menyajikan fakta bisa fatal. Maka, wartawan diharapkan professional dengan check and richeck berita yang akan disajikan.
Berorganisi tidak melulu soal memburu jabatan, relasi, target perusahaan, omzet, income, gengsi dan ‘pengakuan’ yang selama ini didengung-dengungkan sebagian kalangan. Tapi, lebih dari pada itu keinginan untuk merawat moralitas, sopan santun wartawan ditengah zaman hoax seperti sekarang.
Drs Muzakkir, MA, Dosen Jurnalistik Universitas Teuku Umar Aceh, pernah berkata moralitas wartawan erat kaitannya dengan dimensi duniawi dan ukhrowi. Tanggungungjawab wartawan Muslim kepada Allah SWT dan kepada masyarakat merupakan kewajiban. Sebagaimana ayat tuhan yang berbunyi أدع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي احسن. (Ajaklah kepada jalan tuhanmu dengan kebijaksanaan dan penerangan baik dan berdiskusilah dengan cara yang lebih baik)
Nah, tanggungjawab wartawan Muslim (kalau merasa Muslim sih) sebagaimana fungsinya sebagai penyampai risalah seharusnya selaras dengan prinsip jurnalistik dan kode etik: Akurasi, objektifitas dan keberimbangan. Sebagai jurnalis, tentu kita semua berharap tanggungjawab atas peran dan fungsi masing-masing diamalkan bukan malah sebaliknya diabaikan. Glenon.