Pemerintahan
Kompensasi Emisi Gas Karbon, Bupati Arifin Tanam Pohon di Kali Temon Ngares Trenggalek
Memontum Trenggalek – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, menanam pohon di Desa Wisata Kali Temon Desa Ngares Kabupaten Trenggalek. Diketahui, penanaman pohon ini adalah sebagai wujud kompensasi atas emisi gas karbon yang dihasilkan dari setiap aktivitas manusia.
Rencananya, kompensasi atau kewajiban donasi penanaman pohon ini, akan diwajibkan kepada seluruh warga masyarakat yang ada. Hal ini dilakukan, dalam menyikapi perubahan iklim yang terjadi saat ini. Sekaligus, sebagai upaya mitigasi kejadian bencana yang lebih besar.
“Hari ini kita memperingati hari penanaman sejuta pohon sedunia, sekaligus kita mensosialisasikan surat edaran bupati terkait dengan kewajiban donasi bambu bagi seluruh masyarakat Trenggalek,” ungkap Bupati Arifin, seusai menanam pohon di Desa Wisata Kali Temon, Senin (10/01/2022) sore.
Dikatakannya, di sana nanti akan diatur jenis tanaman dan lokasi yang sesuai dengan vegetasi kebutuhan lingkungannya. Selanjutnya, juga sampai jumlah pohon yang harus ditanam.
“Seperti bupati, wajib satu tahun tanam 50 pohon. Terus Pak Wakil Bupati, menanam 40 pohon. Kemudian untuk Bu Sekda, OPD, sampai masyarakat umum, setidaknya kita himbau setiap orang menanam 1 pohon setiap tahunnya,” imbuhnya.
Baca juga :
- Soroti Prodamas, Calon Wali Kota Kediri Bunda Fey Sebut Program Kesejahteraan Masyarakat Harus Lanjut
- Tingkatkan Nilai Keislaman Pelajar, Pemkab Banyuwangi Kembali Gelar FAS
- Kunjungi Kelurahan Manisrenggo, Bunda Fey juga Beri Perhatian Khusus untuk Penyandang Disabilitas
- Datangi Pasar Oro-Oro Dowo, Abah Anton-Dimyati Disambut Yel-Yel Menang Total
- Pj Wali Kota Malang Dukung Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Petugas Pilkada 2024
Hal ini, terangnya, dimaksudkan untuk mengatasi satu perubahan iklim dan dengan bagaimana mengurangi emisi polusi dengan cara seperti ini. Kedua, tentu ini bisa menjadi cara yang efektif untuk menghindari diri dari resiko bencana yang lebih besar.
“Kita memitigasi resiko bencana, contoh nanti kalau di daerah lereng, kalau nggak ada vegetasinya tentu sedimennya gampang jatuh. Gampang longsor maka perlu diberi tanaman apakah itu bambu, ataukah itu tanaman yang lainnya,” terang Mas Ipin-sapaan akrabnya.
Sama juga, lanjutnya, seperti di daerah pesisir yang rawan abrasi, di mana bibir pantainya semakin lama semakin menjorok ke sisi darat. Tentu nanti bisa mengganggu aktivitas masyarakat setempat atau budidaya masyarakat di sekitar sana maka perlu diberi Green Belt.
Jadi, terangnya, satu untuk dimitigasi bencana dan selain itu untuk mengatasi perubahan iklim ada peristiwa-peristiwa lain yang akan terjadi.
Masih terang suami Novita Hardiny ini, yang ketiga bisa sebagai sarana pengungkit ekonomi. Jika wilayahnya asri, bersih tentu bisa diangkat untuk wisata.
“Kemudian hasil pokoknya, hasil buahnya, kemudian bisa digunakan untuk kerajinan dan sebagainya. Seperti bambu, itu mungkin contoh-contoh nanti yang bisa kita leverage,” paparnya. (mil/sit)