Kota Malang
Konjen AS Berikan Peluang Kine Klub UMM Angkat Film Level Internasional
Memontum Kota Malang — Film berbahasa Inggris ternyata lebih memiliki peluang besar di pasar film internasional. Dibandingkan film negara asal bersubtittle bahasa Inggris, juga film tanpa subtittle. Hanya ada 3-4 perusahaan film Amerika Serikat yang menerima bahasa asal negara untuk kategori film asing Academy Award, dimana film tersebut rata-rata diputar di TV kabel jam 3 pagi dengan sedikit penonton. Sementara film berbahasa Inggris bergenre fiksi, dokumenter, dan independen, memiliki peluang dalam festival film dan kompetisi film, dengan peminat ratusan produsen film yang siap mendanai.
Hal itu diungkapkan Ashley Hasz, seorang pembicara dari American Film Showcase, yaitu Yayasan di bawah Departemen Luar Negeri AS yang memusatkan perhatian kepada diplomasi melalui film, ketika berbagi tips dan trik, lika-liku dunia perfilman, dan pengalamannya selama 15 tahun bergelut di dunia film Hollywood.
Sekitar 40 mahasiswa UMM, masyarakat umum dan penggiat film Malang, yang didominasi oleh komunitas film UMM, Kine Klub, menyimak pemaparan Ashley di ruang American Corner, Perpustakaan Pusat UMM lt 3 UMM Kampus 3, Selasa (27/2/2018). Acara ini merupakan kolaborasi antara Kine Klub dan Public Affairs Section Consulate General of the United States, Surabaya, sekaligus rangkaian acara Malang Festival Film 2018 bertemakan Film Marketing and Impact Campaign Workshop.
“Membuat film itu mudah, namun bagaimana agar banyak yang menonton. Yaitu jika film tersebut dapat mempengaruhi banyak orang melalui pesan yang disampaikan. Seperti film dokumenter memberikan dampak dan perubahan sosial. Film fiksi dengan membangun daya imajinasinya penonton. Dan film independen yang bisa dibuat siapa saja,” jelas Ashley.
Banyak jalan dan waktu yang harus ditempuh, baik melalui festival atau kompetisi film. Film-film tersebut akan diseleksi dalam ajang perfilman, nantinya orang perfilman akan mendatangi dan memberikan dana. “Kalian sama seperti saya, buatlah film yang paling bagus. Mesti status kalian mahasiswa, cobalah buat jaringan dengan orang-orang film. Saya berkecimpung selama 15 tahun. Bisnis itu investasi dari hubungan jangka panjang. Jika mereka mengenal kalian, akan menjadi lebih mudah menapaki kesuksesan. Nanti hubungi saya, jika merasa film kalian layak,” tantang Ashley, yang memiliki komunitas pelaku perfilman di Amazon dan Hollywood, yang siap berkolaborasi untuk membuat jenis film apa yang diinginkan.
Sementara itu, Fikri Hidayat, Direktur Malang Film Festival 2018, mengatakan kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap tahun. Kali ini, selain diskusi dengan insan perfilman dari Amerika, juga akan memperlombakan 4 kategori film, yakni fiksi pendek pelajar, fiksi pendek mahasiswa, dokumenter pelajar, dan dokumenter mahasiswa.
“Inti temanya, Malang Film Festival 2018 ini sebagai jembatan para industri film, baik dalam negeri maupun luar negeri. Kemarin kami memutar 3 film fiksi dan 1 film dokumenter karya anak bangsa, yaitu Tilaran, Anderpati, Mokel, dan Umbul Gemulo (dokumenter). Sementara film luar negeri mengangkat film dokumenter Sriracha karya Griffin Hammond, yaitu film cerita imigran Thailand yang memproduksi Saos pedas khas asal Thailand yang diproduksi dan terkenal di Amerika Serikat,” jelas mahasiswa jurusan Komunikasi angkatan 2014 ini. (rhd/yan)