SEKITAR KITA

Lantik Ketua TP PKK Kota Batu, Arumi Sampaikan Empat Kabupaten Masuk Zona Merah Stunting

Diterbitkan

-

Lantik Ketua TP PKK Kota Batu, Arumni Sampaikan Empat Kabupaten Masuk Zona Merah Stunting

Memontum Kota Batu – Ketua TP PKK Jawa Timur, Arumi Bachsin, menyebut bahwa tahun 2021 Kota Mojokerto tercatat sebagai daerah problem stunting terendah mencapai 6,9 persen. Sedangkan untuk Kota Batu, itu memiliki prevalensi stunting 14 persen. Faktor tingginya stunting, terutama disebabkan kebersihan lingkungan. Sejumlah keterangan itu, disampaikan Ketua TP PKK saat melantik Ketua TP PKK Kota Batu di Graha Pancasila Kota Batu.

“Data problem stunting di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2021, itu mencapai 23,5 persen. Ada empat kabupaten, yang masuk zona merah Stunting,” jelas Arumi, Kamis (26/01/2023) tadi.

Mengenai prevalensi stunting, lanjutnya, itu karena di setiap daerah mempunyai permasalahan berbeda-beda. “Prevalensi stunting di Bangkalan, itu 38 persen, Pamekasan 38,7 persen, Bondowoso 37 persen, Lumajang 30,1 persen. Kalau saya lihat dari variabel yang ada, rata-rata (disebabkan, red) lingkungannya,” ujar istri Wagub Jawa Timur ini.

Dijelaskannya, sebaran tingginya angka stunting, diwarnai dipengaruhi lingkungan, sosial dan ekonomi. Namun, beberapa daerah juga berhasil menekan angka stunting dengan berbagai inovasinya.

Advertisement

“Dengan menekan angka stunting sehingga tingkat prevalensi atau dititik rendah. Seperti Kota Batu juga daerah lain, Kabupaten Ngawi dan Trenggalek, inovasinya bagus dan mampu mengatasi masalah. Artinya inovasi dan terobosan itu penting,” ujarnya.

Salah satu faktor tingginya angka stunting di sejumlah daerah di Jatim, tambahnya, itu karena jamban yang tidak layak. Kemudian, kurangnya air bersih di daerah juga menjadi salah satu faktor.

Baca juga:

“Merubah habit (kebiasaan) tidak mudah. Ada kebiasan sebagai contoh, ayah atau ibunya peternak sapi. Dimana sapinya harus diperah mulai dari pagi, sedangkan di waktu bersamaan waktunya anak sarapan untuk pergi ke sekolah. Jadi, banyak anak yang justru di daerah yang banyak susunya, angka stuntingnya tinggi. Itu karena, pada pagi hari mereka lebih dari 50 persen tidak sarapan. Tetapi, ini setiap daerah berbeda kasusnya,” urainya.

Sekedar diketahui, saat ini total angka stunting di Jawa Timur, ada sebanyak 23 persen. Sedangkan angka stunting nasional, sebesar 24,4 persen. Jawa Timur menargetkan, pada 2024 mendatang angka stunting secara nasional turun setidaknya sampai di angka 13,50 persen.

Advertisement

Sedangkan, menurut data BKKBN RI di Jawa Timur, daerah zona merah stunting tersebar di 18 kota atau kabupaten, sedangkan zona kuning stunting dengan prevalensi 20 persen hingga 30 persen ada 5 kota dan Kabupaten, yakni Kabupaten Sumenep, Kota Surabaya, Kabupaten Malang, Kota Malang, serta Nganjuk.

Sementara zona hijau stunting ada 15 kabupaten dan kota, yang mempunyai angka prevalensi stunting 10-20 persen di Jatim. Yakni Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Probolinggo, Trenggalek, dan Kota Batu.

Dan, prevalensi stunting (Pendek dan sangat pendek) pada Anak di bawah 5 tahun/Balita. Indikator ini mengukur persentase anak Balita yang tingginya di bawah ketinggian rata-rata penduduk acuan. Sementara, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak Balita akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. (put/gie)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas