Kabar Desa
Lestarikan Budaya, Nguri-nguri Budaya Jawa Adiluhung Dihadirkan untuk Warga Tugu Tulungagung
Memontum Tulungagung – Pagelaran Wayang Kulit dalam rangka ‘Nguri-nguri Budaya Jawa Adiluhung’ tersuguh di Desa Tugu, Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung. Hajat tasyakuran Keluarga Besar Mbah Salim-Karsumi dan Sanggar Karsa Suwiupagthi, itu untuk melestarikan budaya.
Dalam gelaran wayang kulit semalam suntuk itu, menampilkan lakon Wahyu Makutharama Dalang Ki Bayu Aji Pamungkas (Putra Ki Anom Suroto) dari Surakarta. Lalu untuk bintang tamu, yakni Eka Uget-uget dari Sragen Jawa Tengah.
Salah satu putera Keluarga Besar Mbah Salim-Karsumi, Dr Ir FX Hari Witono DAA, mengungkapkan secara pribadi maupun secara keluarga, gelaran ini sengaja dihadirkan untuk melestarikan budaya, khususnya Budaya Jawa. Selain wayang kulit, keesok harinya juga akan diadakan penampilan kesenian, yakni tari hingga ruwatan.
“Kita akan tampilkan dengan semangat luar biasa. Kebangkitan lokal harus kita bangkitkan, supaya tidak tergerus oleh kemajuan zaman dan juga politik identitas. Karena, budaya-budaya seperti inilah yang selama ini menghidupi kita sampai sekarang,” ungkap Hari Witono, Jumat (16/09/2022) malam.
Pria alumni Institut Pertanian Bogor (IPB) ini mengungkapkan, akan ada sekitar 30 tari yang akan dipentaskan dengan jumlah 177 penari. Ratusan penari, itu berasal dari anak sekitar desa dan se-Kecamatan Sendang.
Baca juga :
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
- Transformasi Layanan Kesehatan Primer, Dinkes Kabupaten Malang Kick Off ILP di Pendopo Agung
- Lima Daerah di Jatim Masuk Nominasi Award Peduli Ketahanan Pangan 2024
- Blusukan di Kelurahan Kampung Dalem, Ini yang Disampaikan Calon Wali Kota Bunda Fey
- Respon Program Pemberdayaan Masyarakat di Kota Kediri, Ini Penjelasan Ketua Fraksi PAN DPRD
Disamping itu, pelestarian pagelaran wayang kulit dan kesenian tari budaya, juga akan diadakan ruwatan. Menurutnya, ruwatan adalah ritual kejawen yang ceritanya dahulu, bahwa kalau anak itu hanya satu atau dua sepasang, maka harus diruat. Kalau tidak di ruwat, maka akan dimakan betoro kolo, itu kalau versi cerita Jawa.
Dalam kegiatan yang juga dihadiri anggota Komisi D DPRD Tulungagung, Ir Gandi Wardoyo, mengungkapkan bahwa pagelaran budaya Sanggar Karsa Suwiupagthi ini dibangun pada tahun 1999 dan diresmikan penggunaannya pada tahun baru 2000. Tujuan dibangunnya sanggar, ini adalah untuk memfasilitasi senimaman, khususnya di Kecamatan Sendang, Kabupaten Tulungagung.
“Sanggar ini untuk mengembangkan bakat dan ketrampilan dalam berkesenian. Dengan dibangunnya sanggar ini, diharapkan kelestarian budaya Jawa terus terjaga,” imbuhnya.
Dengan adanya gelaran ini, diharapkan juga sebagai upaya pelestarian Budaya Jawa Adiluhung. Sehingga, ke depan generasi muda khususnya di Kecamatan Sendang dan Kabupaten Tulungagung, peduli dengan budaya bangsa agar tetap lestari.
Ketua DPRD Tulungagung, Marsono S.Sos, dalam kesempatan itu mengungkapkan rasa terima kasih kepada keluarga besar Mbah Salim-Karsumi melalui Dr Hari Witono, Ir Gandi Wardoyo, yang telah menyelenggarakan acara ini. Sehingga, anak dan cucu bisa terus menghafal, menghayati dan menikmati warisan budaya sendiri. Apalagi, budaya ini tidak dimiliki oleh bangsa lain.
“Semoga itikad baik ini, menjadi amal kebajikan. Selanjutnya akan menjadi sebuah tauladan atau ganjaran serta berkah kepada keluarga besar. Mengingat, keluarga ini terbilang satu-satunya keluarga yang begitu peduli bagaimana melestarikan nguri nguri budaya, yang kini sudah mulai tertelan erosi zaman,” ungkap Marsono. (jaz/and/sit)