Kota Malang

Lindungi Pekerja Non Formal untuk Anak, Dinsos P3AP2KB Kota Malang Gandeng Disnaker dan Satpol

Diterbitkan

-

Lindungi Pekerja Non Formal untuk Anak, Dinsos P3AP2KB Kota Malang Gandeng Disnaker dan Satpol

Memontum Kota Malang – Masih sering ditemuinya anak penjual donat atau bakpau di fasilitas umum (fasum) atau di jalan raya, menjadi perhatian Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinsos P3AP2KB). 

Kepala Dinsos P3AP2KB Kota Malang, Donny Sandito, menyampaikan jika pihaknya memiliki perhatian serius terhadap pekerja anak yang bekerja secara non formal tersebut. Namun, tentu harus dibutuhkan sinergitas bersama dengan dinas terkait, seperti Dinas Ketenagakerjaan dan Perindustrian, Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (Disnaker PMPTSP).

“Yang pasti, akan bekerjasama dengan Disnaker PMTPSP untuk mensosialisasikan perlindungan anak sesuai dengan Undang-Undang Ketenagakerjaan. Kemudian, juga sosialisasi ke perusahaan terkait batas usia dan pekerjaan non formal. Selain itu, kita juga bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) yang ada didalamnya,” jelas Donny, saat dikonfirmasi Sabtu (17/06/2023) tadi.

Baca juga:

Advertisement

Selain itu, dikatakan Donny, jika hingga saat ini, ketika Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Malang melakukan razia pada anak penjual donat atau bakpau tersebut, masih belum ditemukan adanya bukti pemaksaan terhadap anak-anak tersebut. “Setiap kali Satpol PP operasi, anak-anak itu bilang kalau mereka melakukan pekerjaan tersebut secara sukarela. Kita pun juga sudah melakukan pembinaan kepada mereka. Kita juga tanya mengenai penggunaan uang yang mereka dapatkan untuk apa,” katanya.

Kemudian, menurutnya uang yang didapatkan itu digunakan untuk pendidikan. Namun, pihaknya memastikan bahwa pendidikan dasar di Kota Malang sudah tersedia secara gratis. Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi khusus kepada lembaga pendidikan.

“Diharapkan pendidik dapat memantau kegiatan anak-anak di luar sekolah dan mengidentifikasi situasi tersebut. Kita Dinsos P3AP2KB siap menerima laporan dari masyarakat 24 jam terkait masalah ini,” ujar Donny.

Terpisah, Pembina Komunitas Anak Bangsa, Yuni Kartikasari, mengatakan jika saat ini penjual bakpau dan donat tersebut telah berkurang. Namun, pihaknya tidak bisa memastikan jumlah secara riil, karena mereka berjualan tidak secara konsisten.

Advertisement

“Karena mereka kadang ada yang jualan terus menerus, tapi kadang ada juga yang jualan untuk memanfaatkan momen liburan, jadi tidak pasti. Itu yang bikin kita bingung (untuk menjaring) kira-kira paling puluhan, tidak sampai ratusan,” ucap Yuyun sapaannya.

Mengenai alasan mereka berjualan, ujarnya, pun juga bervariasi. Yaitu, mulai dari membantu ekonomi keluarga, hingga memperoleh uang untuk kepentingan pribadi, seperti kebutuhan akses internet.

“Ada yang orang tuanya sudah saya tanya terus jawabnya itu sudah dilarang berjualan, tapi mungkin juga karena mereka (anak) ini ingin internetan, dan tidak punya wifi, jadi untuk beli paketan. Tapi yang saya lihat alasannya beda-beda,” tambahnya

Meskipun Yuyun fokus pada anak-anak binaannya, dia tetap berupaya untuk mendorong para anak-anak tersebut, tetap bersekolah dan akan terus mengumpulkan data untuk lebih memahami situasi tersebut. Terlebih, pendampingan dan motivasi juga diberikan kepada orang tua agar lebih memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. (rsy/sit)

Advertisement
Advertisement
Lewat ke baris perkakas