SEKITAR KITA
Meski Telah Divaksin, Varian Baru Covid-19 asal India Mampu Infeksi Seorang
Memontum Surabaya – Tiga pasien positif Covid-19 di Rumah sakit Lapangan Indrapura (RSLI), terjangkit virus varian baru Delta B16172 asal india. Dua diantara pasien itu, adalah warga dari Madura, yang belum melakukan vaksinasi.
Sedangkan pasien satunya, adalah beralamat Bojonegoro, dan telah melakukan dua kali vaksin.Spesialis Patologi Klinik Penanggung Jawab RSLI, Dr Fauqa Airinil Aulia, menceritakan kronologi pasien asal dari Bojonegoro yang telah divaksin dua kali, hingga terkena virus varian baru Delta B16172.
baca juga:
- Plt Bupati Malang bersama Kemenkes Launching Integrasi Layanan Primer untuk 39 Puskesmas
- Sukses Hantarkan Penghargaan Kabupaten Malang Berpredikat ODF, Dinkes Ganti Program Jambanisasi
- Hadiri Rembug Warga Bakalan, Paslon Abadi dari Nomor Urut 3 Kota Malang Dapat Dukungan Pemenangan
“Jadi yang di Bojonegoro ceritanya ada perjalanan yang mengharuskan ke Madura. Domisili asli Bojonegoro. Terus begitu perjalanan pulang kena tracing di Jembatan Suramadu, setelah swab antigen hasilnya positif. Swab PCR juga positif lalu masuk di RSLI,” ucapnya, Selasa (15/06).
Kata Fauqa, pasien tersebut minta dirawat ke Bojonegoro dengan alasan lebih dekat dengan keluarganya. Karena pasien itu hasil tracing Suramadu, Fauqa meminta kepada nakes Rumah Sakit Bojonegoro agar terus diobservasi. “Supaya tahu kalau varian baru kami terus komunikasi sama Rumah Sakit Bojonegoro. Dikoordinasikan sama nakes lebih waspada, gejala klinis dimonitoring. Yang jelas ia bukan pekerja migrain indonesia atau PMI,” katanya.
Tiga pasien hasil tracing tersebut telah melakukan perawatan sejak 7 hari, kemudian yang satunya asal Bojonegoro dipindahkan ke Rumah Sakit Bojonegoro. Hingga di hari ke 9 terdekteksi virus varian baru tersebut.Penyebaran varian baru itu lebih cepat dari jenis sebelumnya. Bisa mencapai 35 sampai 75 persen. Fauqa pun berharap masyarakat tetap menerapkan protokol kesehatan.
“Harapannya perilaku hidup bersih dan sehat dipertahankan. Status pandemi belum dicabut dan tetap 5M serta bersabar,” harapnya.
“Virus menyerang siapapun. Varian baru ini terjadi secara luas dalam waktu cepat, menjangkit orang yang sudah vaksin, perjalanan jarak jauh atau luar negeri, menyerang komorbid, dan CT Value rendah, lalu efikasi virus sangat infeksius,” urainya.
Varian baru virus itu, tuntas Fauqa, menimbulkan gejala ringan, tapi bisa mengakibatkan sampai gejala sedang dan berat. Sebelumnya, beberapa waktu lalu , tiga tenaga kesehatan (nakes) di Bangkalan meninggal dunia terkonfirmasi positif Covid-19 Jumat (11/06) lalu.
Sejumlah pakar menduga, ketiga nakes tersebut terpapar varian baru Sars-CoV-2, yaitu Vvarian B117 atau yang kini disebut Alpha dan B1351 atau Beta.Pakar Imunologi Universitas Airlangga (UNAIR) atau Dosen Fakultas Kedokteran (FK), Dr Agung Dwi Wahyu Widodo, menjelaskan walaupun sudah divaksin, seseorang dapat mengalami proses re-infeksi.
Hal itu timbul karena beberapa sebab. Pertama dikarenakan produk antibodi yang dihasilkan oleh vaksinasi masih belum tinggi. Alhasil, tubuh tidak mampu melakukan netralisasi virus yang masuk, sehingga virus menyebar dan menghasilkan penyakit.
“Pada beberapa kasus, walaupun sedikit, bisa terjadi re-infeksi pada Varian Alpha. Begitu pula dengan Varian Beta yang dapat menimbulkan re-infeksi juga walaupun tidak tinggi,” terangnya Selasa (15/06).
Kedua, lanjut dia, pada orang tertentu kemungkinan antibodi memang tidak dihasilkan terlalu tinggi. Sehingga yang terjadi virus dapat bertahan dan menimbulkan infeksi.
Agung juga memaparkan bahwa Hongkong dan beberapa negara Eropa serta Amerika menemukan bahwa ternyata virus yang menginfeksi setelah vaksinasi atau re-infeksi adalah virus yang berbeda varian. Menurutnya hal itu memungkinkan terjadinya proses re-infeksi.
“Meski sudah divaksin, karena coronavirus-nya beda varian, maka bisa terjadi proses re-infeksi tadi,” tambahnya.Terkait efikasi vaksin pada varian baru, Agung menyampaikan bahwa secara umum Varian Alpha dapat dinetralisir terhadap hampir semua vaksin. Sedangkan pada Varian Beta, banyak vaksin mengalami proses penurunan efikasi.
“Beberapa waktu yang lalu, WHO sudah merilis laporan riset tentang efikasi vaksin dari berbagai vaksin yang ada di dunia. WHO menyebutkan bahwa efikasi vaksin beragam antara satu orang dengan yang lain bagaimana responnya terhadap varian tadi,” terang Dewan Pakar Satgas Covid-19 IDI JATIM itu.
Agung mengimbau agar masyarakat tidak perlu khawatir tentang efikasi dari vaksin yang diberikan di Indonesia. Sebab, ia menegaskan, Sinovac masih dapat digunakan pada kedua varian tersebut. Virus yang berasal dari Inggris dan Afrika Selatan itu mampu menyebar dengan cepat sehingga meningkatkan insiden serta menimbulkan kesakitan dan kematian yang tinggi. Untuk itu, Agung menyarankan agar pemerintah segera mengambil tindakan untuk mengantisipasi lonjakan kasus. (ade/ed2)