Kota Malang

Miliki Ciri Khas dari Limbah Kain Perca, Daster Eva Kota Malang Berkembang Pesat

Diterbitkan

-

DASTER: Salah satu pegawai UMKM Daster Eva, yang sedang membuat daster. (memontum.com/rsy)

Memontum Kota Malang – Berdiri sejak tahun 2000 an, kini Daster Eva Kota Malang tetap eksis di tengah gempuran fashion yang semakin modern. Dengan memiliki ciri khas dari limbah kain perca, peminat terus bertambah. Bahkan, dikenal hingga luar Kota Malang.

Sebagai Owner Daster Eva, Eva Sofia Hayati, menyampaikan bahwa usahanya tersebut berawal dari keinginannya untuk menghidupi sang anak. Dengan modal yang terlalu banyak itu, kini usahanya masih tetap bertahan dengan stabil.

“Dahulu itu awalnya, karena saya tidak punya pensiunan dan menghidupi ketiga anak saya. Sehingga dengan modal yang pas-pasan pinjam di bank, akhirnya sekarang bisa sampai seperti saat ini, bahkan telah mempekerjakan 100 lebih orang,” cerita Eva.

Dari limbah kain perca tersebut, ujarnya, selain menjadi daster juga menghasilkan pernak-pernik. Seperti tempat tisu, tas, dan sebagainya. Sehingga, tidak ada limbah yang tersisa dari usahanya tersebut.

Advertisement

Baca juga :

“Kalau di saya itu limbah jadi semua dan itu yang bisa banyak mempekerjakan karyawan. Dengan limbah yang sekecil itu pun bisa digunakan untuk keset dan saya kasih ke tunanetra. Jadi benar-benar tidak ada limbah,” ucapnya.

Kemudian, ditambahkannya bahwa usaha daster miliknya kini sudah mempunyai tiga cabang. Selain di Kota Malang, juga terdapat di Kota Batu dan Jakarta. Berkembangnya hingga Jakarta itu juga karena banyak digemari oleh para pejabat.

“Karena ibu-ibu pejabat di sanalebih senang khas Malang, sehingga saya taruh disana. Daster ini juga model yang abadi dan semua orang itu pasti suka mengenakan daster,” ujarnya.

Namun, disisi lain ada kelemahan yang dialaminya. Yakni tidak bisa masuk ke dalam pangsa pasar luar negeri. Terlebih, dengan aturan ekspor yang menurutnya sangat rumit.

Advertisement

“Kita pernah ke Abu Dhabi, tapi kenyataannya memang beda budaya. Kemudian untuk ekspor, kita di sini juga sudah mengikuti aturan, tapi disananya itu yang ribet. Ya mungkin memang belum rezeki, sepertinya juga kalah saing dengan produk Thailand bahkan India,” imbuh Eva. (rsy/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Lewat ke baris perkakas