Banyuwangi
Ngaku Ulama, Gendam Istri Juragan Sate, Gondol Rp 6 Juta
Memontum Banyuwangi— Modus perampasan dengan cara menghipnotis atau gendam terjadi di Banyuwangi, akibat akal busuk seseorang yang berpenampilan ulama, dengan mempergunakan surban ala tokoh agama, Sumiyatun (43) istri pedagang sate, warga Kelurahan Lateng, Kecamatan Kota Banyuwangi harus kehilangan perhiasan senilai Rp. 6 juta. Waktu itu, Sumiyatun baru pulang berbelanja di pasar Blambangan, sesampainya disekitar jalan Basuki Rahmat, depan kantor Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Timur Wilayah Banyuwangi, tiba-tiba dirinya disapa oleh seseorang yang ada di dalam mobil.
Sumiyatun menceritakan, saat itu dirinya sepulang dari berbelanja, tiba-tiba ada mobil berhenti, dan menyapanya dan bertanya arah jalan menuju pantai Grajagan,. Kepada lelaki tidak dikenal itu, Sumiyatun menjelaskan, arah pantai Grajagan.
“Saya jelaskan, kalau mau ke Pantai Grajagan dari Banyuwangi menuju pantai tersebut akan memakan waktu 2 jam,”ujar Sumiyatun, Senin (15/10/2018)
Di dalam mobil Avanza itu, ada sosok laki-laki berpenampilan seperti Kiai, dia memakai surban layaknya tokoh agama, dan mengaku Kiai, yang katanya ingin mengobrol dengan dirinya. “Yang menjadi pemikiran saya, saya kok mau disuruh masuk kedalam mobil itu, saya kok nurut, itu lho yang menjadi permasalahan saya, padahal saya ya tidak kenal,” ungkapnya.
Di dalam mobil itu, lanjut Sumiyatun, seseorang yang mengaku Kiai itu katanya akan menyembuhkan penyakit seseorang yang ada di daerah Grajagan. Karena dirinya sudah membantu menunjukkan arah ke Grajagan, sang kiai memberikan doa kepada dirinya agar mendapat berkah.
“Saat saya disuruh masuk kedalam mobil oleh Kiai itu, kebetulan tetangga saya sedang lewat, dan saya ajak masuk ke mobil juga, dan Kiai ngomong kepada saya, katanya saya akan di beri berkah,”ucap Sumiyatun.
Usai memberi dia, lanjut Sumiyatun Kiai itu meminta uang Rp 2000,- kepada dirinya. Setelah uang diberikan kepada Kiai itu, sang kiai lantas membaca doa-doa, agar Sumiyatun diberi rejeki yang melimpah. Dan pelaku (Kiai) meminta uang yang sudah diberi doa ini dimasukkan kedalam kotak amal di masjid atau di mushola supaya mendapat berkah.
Yang tidak masuk akal, kata Sumiyatun saat pelaku meminta barang yang menempel ditubuhnya dirinya menurut saja.
“Saya kok bisa nurut saja, ketika pelaku menyuruh mencopot perhiasan yang saya pakai, seperti kalung, gelang, dan cincin, dan dimasukkan kedalam kotak sabun yang dibawa oleh pelaku,”ujar Sumiyatun penuh kebingungan.
Menurut pelaku, setelah perhiasan yang dimasukkan kedalam kotak yang berisi sabun dan diberi doa-doa, jika dipergunakan mandi akan mendapat berkah yang sangat lumayan. Kemudian, pelaku meminta kepada Sumiyatun agar tetangganya juga diberi sabun yang sudah diberi doa itu.
“Setelah itu, perhiasan milik saya itu dimasukkan kedalam kotak yang berisi sabun, dan sabun yang diberikan kepada saya itu, disuruh membagi dua agar tetangga saya turut memakai juga, agar mendapat berkah yang sama,”paparnya.
Setiba di rumahnya, Sumiyatun membuka kotak yang berisi sabun dan perhiasan. Rencananya sabun itu mau dipotong menjadi dua, dan dibagikan kepada tetangganya. Ketika kotak itu dibuka, perhiasan miliknya tidak ada, raib dibawa Kiai gadungan itu.
“Di dalam kotak itu berisi pecahan genteng dan kaca, perhiasan milik saya tidak ada, raib,”ujar Sumiyatun penuh penyesalan.
Total kerugian akibat tipu muslihat Kiai gadungan tersebut, Sumiyatun mengaku mengalami kerugian sebesar Rp. 6 juta. Sayangnya kasus yang menimpanya ini tidak dilaporkan ke polisi, menurutnya dirinya takut lapor polisi. “Saya belum lapor polisi, saya takut,” ucapnya lirih. (tut/yan)