Kabupaten Malang

Nur Saguwanto, Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan dengan Kondisi Luka Serius hingga Patah Kaki serta Sisakan Hutang Rp 750 untuk Perawatan

Diterbitkan

-

Nur Saguwanto, Korban Selamat Tragedi Kanjuruhan dengan Kondisi Luka Serius hingga Patah Kaki serta Sisakan Hutang Rp 750 untuk Perawatan

Memontum Malang – Nur Saguwanto, 19 tahun warga Jalan Karsidi RT02 RW03 Desa Tegalsari, Kecamatan Kepanjen, Kabupaten Malang, kini masih tergolek lemas dirumahnya. Tidak hanya itu, di bagian wajah nampak jelas bekas luka melepuh. Bahkan, bagian kedua mata juga masih terlihat lebam dan pergelangan kaki kiri harus dibantu alat karena mengalami patah.

Begitulah sekilas kondisi remaja asal Kepanjen, atau satu dari beberapa suporter Arema yang selamat dari tragedi Stadion Kanjuruhan, yang meregut 131 nyawa. Hingga kini, Saguwanto masih mengaku sakit di bagian dada, saat dirinya bernafas.

Diceritakan korban, bahwa dirinya saat kejadian berada di tribun 11. Korban, datang ke stadion dengan seorang temannya. “Saat pertandingan bubar, itu sudah ada yang turun ke lapangan. Tidak lama, tiba tiba ada tembakan gas air mata di tempat duduk saya. Setelah itu, saya tidak ingat lagi,” ujar remaja lulusan SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi, Kamis (06/10/2022) tadi.

Saguwanto mengaku, dirinya baru sadar pada esoknya atau Minggu (02/10/2022) pagi. Saat itu, dirinya sudah di RSUD Kanjuruhan, Kepanjen. “Saya sempat mencoba telepon keluarga. Tetapi, saya tidak bisa melihat tulisandi HP, karena mata saya masih kabur dan pusing,” ujarnya.

Advertisement

Baca juga :

Karena saat itu dirinya hanya sendiri dan banyak korban luka, Saguwanto mengaku, dirinya hanya bisa menangis. “Saya sempat menangis, karena saat itu juga banyak korban. Sebelum akhirnya, ada keluarga saya yang mencari dan bertemu,” ucap Saguwanto.

Meski kondisinya cukup parah, setelah mendapatkan perawatan, Saguwanto akhirnya dipulangkan ke rumah oleh pihak rumah sakit. Hal itu, dikarenakan ruangan tempat perawatan penuh sesak. “Akhirnya anak saya dipulangkan. Saya bawa ke rumah dan memanggil bidan desa untuk membantu memasangkan infus dan merawat langsung,” beber ibu korban, Dewi Fitri.

Karena untuk perawatan anaknya butuh uang, Dewi pun sudah mencari hutangan untuk menutup biaya merawat anaknya selama di rumah. “Kalau biaya, waktu perawatan di rumah sakit memang gratis. Tapi karena dipulangkan, ya mau nggak mau saya cari hutangan sendiri untuk biaya perawatan. Sudah habis Rp 750 ribu. Ayahnya juga masih mencari hutangan lagi,” ujar Dewi.

Sekedar diketahui, keluarga Saguwanto adalah keluarga Pra Sejahtera. Punya kartu berobat KIS. Bapak korban, Mahfud, adalah buruh tani kecil.

Advertisement

“Kalau bantuan, sampai hari ini belum dapat bantuan. Kita rawat anak kami semampunya di rumah. Waktu pertama kejadian, kondisinya mengenaskas. Matanya bengkak merah, lebam dan melepuh,” ujar Mahfud. (sit)

Advertisement
Lewat ke baris perkakas