Surabaya
Pelajar Surabaya Konsumsi Narkoba
Memontum Surabaya—-Peredaran gelap dan penyalahgunaan narkoba sudah menyasar anak-anak di Surabaya. Hasil positif dari tes urine yang dilaksanakan di sekolah menjadi indikator kuat. Ini dipaparkan anggota Komisi D DPRD Surabaya, Reni Astuti, saat penjaringan aspirasi masyarakat dan penyampaian materi parenting Mendidik Anak di Era Digital, di Aula Wisma Guru Jalan Ahmad Yani, Rabu (7/11/2018).
“Kalau bicara tentang pendidikan, kita melihat banyak cerita di Surabaya. Misalkan ada kasus narkoba. Narkoba ini sekarang beberapa juga menjadi problem menurut saya,” jelasnya.
Politisi PKS ini menambahkan, pihaknya menemukan beberapa sekolah yang melakukan tes urine dan hasilnya terdapat beberapa yang positif. “Dengan artian bahwa anak-didik bangsa ini telah bersentuhan dengan narkoba, walaupun mereka (pengguna narkoba) tidak tersentuh yuridis atau hukum,” kata Reni yang juga Caleg DPRD Surabaya, dari PKS, dapil Surabaya IV, nomor urut 1 ini.
Menyikapi fakta tersebut, kata Reni, pendampingan menjadi faktor penting. Menurutnya, para perempuan, para ibu-ibu yang ada di kampung-kampung memiliki peran penting sebagai kekuatan control.
Aning Rahmawati sebagai pemateri lain pada pembekalan parenting itu mengingatkan mendidik anak harus dengan dengan hati. “Ketika melihat sang anak nakal, dan jika memarahi harus dengan ucapan serta sikap seorang ibu yang benar,” kata Aning yang juga trainer serta motivator.
Ketika anak nakal, kata Aning, tidak harus dengan cara membentak terlebih jika mengeluarkan kata-kata yang tak pantas untuk diucapkan. Apalagi seraya melotot. “Tegas, tapi tidak keras. Gunakan nada dan bahasa yang tidak membuat harga diri anak ini turun. Biarkan dia marah dulu, tunggu sampai selesai. Jika memarahinya di depan umum, itu akan menurunkan harga dirinya,” tutup Aning.
Sekadar diketahui, penggunaan narkoba jenis pil double L di kalangan pelajar di Surabaya, kian mengkhawatirkan. Selama dua tahun terakhir, berdasarkan catatan Badan Narkotika Nasional Kota (BNNK) Surabaya, jumlah pengguna narkoba pada pelajar meningkat sekitar 16%.
AKBP Suparti Kepala BNNK Surabaya mengatakan mirisnya, narkoba sudah masuk ke kalangan pelajar SD, dengan jenis narkoba yang ditemukan yaitu pil double L. Dari data BNNK Surabaya, pada tahun 2016, ada 84 pelajar yang direhabilitasi. Kemudian pada 2017, jumlah tersebut mengalami peningkatan pada per Oktober 2017, sebanyak 101 pelajar yang terdiri dari 4 pelajar SD, 63 pelajar SMP dan 34 pelajar SMA.
“Kebanyakan yang dikonsumsi oleh pelajar adalah pil koplo berbagai jenis. Mungkin karena harganya lebih murah dari narkoba jenis sabu-sabu. Tapi ada juga yang ditemukan menggunakan sabu-sabu. Awalnya anak-anak itu ingin tahu. Terus ada yang mengenalkan pil koplo maupun narkoba, lalu mereka coba-coba,” kata Suparti.
Penyebab maraknya penggunaan narkoba di kalangan pelajar, kata Suparti, karena faktor lingkungan yang buruk dan pergaulan di luar sekolah. Untuk itu, peran orang tua dalam mengawasi anak-anaknya sangat penting, terutama mengetahui dengan siapa mereka bergaul.
Suparti menambahkan pihak BNNK Surabaya akan bekerja sama dengan para stakeholder, untuk meningkatkan kewaspadaan peredaran narkoba, termasuk dengan para orang tua dan masyarakat di sekitar lingkungan rumah. Diharapkan, para orang tua bisa memberikan perhatian pada anak-anaknya.
Terkait tes urine, lanjutnya, BNNK Surabaya akan berkordinasi dengan pihak Pemkot. Setidaknya setiap seminggu sekali, mereka akan rutin menyambangi sekolah-sekolah secara acak. Selain itu, pihaknya juga akan menggencarkan kegiatan sosialisasi terhadap pelajar, terkait bahaya narkoba.
“Saat ini, kami juga tengah fokus mengawasi peredaran vapor yang bisa membuat para pelajar kecanduan. Kami sangat prihatin dan khawatir atas temuan itu. Selain itu, peredaran pil koplo dan narkoba juga tetap kami pantau dan tindak,” tuturnya.(est/ano/yan)