Nganjuk
Peringati Hari Peduli Autisme Sedunia, SMALB Shanti Kosala Mastrip Nganjuk Gelar Pondok Ramadan
Memontum Nganjuk – Dalam rangka memperingati Hari Peduli Autisme Sedunia, SMALB Shanti Kosala Mastrip Nganjuk menggelar kegiatan Pondok Ramadan 1445 H, Selasa (02/04/2024) tadi. Kegiatan tersebut digelar, untuk mewujudkan pembelajaran yang inklusif dan memupuk ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi siswa anak berkebutuhan khusus (ABK).
Perlu diketahui, Hari Peduli Autisme Sedunia diperingati di setiap tahun pada tanggal 2 April. Peringatan Hari Internasional ini ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2007 lalu.
Salah satu guru di SMALB Shanti Kosala Mastrip, Agus Trianto, menjelaskan bahwa Autism Spectrum Disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autisme adalah gangguan perkembangan otak dan saraf yang membuat seseorang sulit berinteraksi dengan orang lain. Gangguan ini, banyak terjadi pada anak-anak, dengan gejala diantaranya menghindari kontak mata, perilaku berulang, kecemasan, perubahan suara, ketidakmampuan belajar dan kepekaan terhadap suara.
“Setiap individu dengan autisme memiliki keunikan dan kekuatan mereka sendiri. Beberapa mungkin memiliki kemampuan matematika atau pemecahan masalah yang luar biasa. Sementara yang lain mungkin memiliki kepekaan sensorik yang tinggi atau ingatan yang kuat,” jelasnya.
Baca juga :
Autisme merupakan gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, minat dan perilaku seseorang. Spektrum autisme mencakup berbagai tingkat, mulai dari orang yang memiliki kesulitan dalam berinteraksi sosial dan komunikasi yang terbatas.
“Bahkan ada yang memiliki keterampilan berkomunikasi dan interaksi sosial yang lebih daripada orang normal lainnya. Namun, memiliki minat yang sangat khusus dan repetitif atau berulang-ulang,” terang Agus Trianto.
Pihaknya juga mengatakan, bahwa Hari Peduli Autisme merupakan kesempatan untuk memperkuat kesadaran semua orang agar lebih peduli terhadap autisme. Selain itu, diharapkan masyarakat bisa menghargai keberadaan para penderita autisme ini dengan tidak memandang sebelah mata dan memperlakukan selayaknya orang biasa.
“Ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka yang mendukung orang-orang dengan autisme. Pada metode pembelajaran Kurikulum Merdeka, harus diciptakan lingkungan yang lebih ramah dan inklusif bagi mereka anak-anak berkebutuhan khusus demi menuju Indonesia Emas,” jelasnya. (kom/gie)