Kota Malang
Prestasi Atlet Tanggung Jawab Siapa?
Memontum Kota Malang – Prestasi Olahraga Kota Malang sebenarnya cukup bagus, dan perlu ditingkatkan serta dikembangkan ke level lebih tinggi. Terutama dalam hal pembinaan usia dini. Sayangnya, para bibit atlet yang notabene masih usia pelajar, seringkali terbentuk jam belajar, baik internal sekolah maupun ekstrakurikuler atau les tambahan. Pun masalah kurangnya pendanaan dari APBD. Sehingga berbagai upaya dilakukan beberapa instansi terkait agar dapat bersinergi mewujudkan impian dan prestasi kota Malang yang lebih baik.
“Prestasi Atlet Tanggung Jawab Siapa?” menjadi topik Diskusi Publik, yang dihelat oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya yang melalui Seksi Wartawan Olahraga (SIWO) menggandeng Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Kota Malang, di Sahid Montana Hotel 1, Malang, Sabtu (1/12/2018) lalu. Hadir sebagai narasumber, di antaranya Rusman Hadi (Ketua Komisi D DPRD Kota Malang), Husnun N Djuraid (Wakil Ketua I KONI Kota Malang), Totok Kasianto (Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Malang), dan Eko Budi Hartoyo (Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga Dispora Kota Malang). Yang dihadiri pengurus Cabang Olahraga (Cabor) dan awak media.
Ketua PWI Malang Raya M. Ariful Huda mengapresiasi kegiatan sinergitas ini untuk menjawab permasalahan yang ada di benak khalayak masyarakat Kota Malang. Tentunya sebagai media, yaitu mediator informasi atas segala prestasi dan solusi permasalahan, semata untuk menggerakkan olahraga menuju prestasi lebih baik. “Alasan digelar akhir tahun ini, merupakan momentum yang tepat, sekaligus persiapan KONI untuk Porprov, turnamen dan kompetisi lainnya di 2019,” jelas Arif King, sapaan akrabnya.
Eko Budi Hartoyo, Kepala Bidang Peningkatan Prestasi Olahraga, Dispora Kota Malang, menyatakan, berbicara pembinaan olahraga, tentu ada beberapa hal yang berkaitan untuk meningkatkan prestasi. Diantaranya, penyediaan dana yang cukup, dukungan dari pihak sekolah atau Dinas Pendidikan setempat, terutama imbas program Full Day School (FDS) yang diterapkan sekolah. Untuk itu, Dispora menerapkan KISS : Koordinasi, Integrasi, Sinkronisasi, dan Simplikasi.
“Dispora itu menyiapkan atlet Pekan Olah Raga (POR) SD dan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (POPDA), yang tentunya latihan harus digelar rutin. Tetapi ketika FDS diterapkan, orang tua banyak berkeluh. Hingga cara orang tua untuk mendapatkan ijin pulang cepat atau absen masuk sekolah, harus dengan alasan sakit, agar atlet dapat mengikuti latihan dan ujicoba. Kalau dipaksakan gak nutut. Pulang sekolah jam tiga sore, perjalanan dan ganti baju paling cepat jam empat. Atlet sudah kepayahan, terlambat, dan tidak maksimal,” ungkap Eko Budi Hartoyo.