Kota Malang

Sam Suma dan Mbak Sawa dengan Jingle Ayo Memilih Jadi Ikon Pilkada Wali Kota Malang 2024

Diterbitkan

-

SAYEMBARA: Pemberian piagam penghargaan oleh KPU Kota Malang kepada pemenang sayembara Pilkada Kota Malang. (memontum.com/rsy)

Memontum Kota Malang – Pemenang lomba maskot dan jingle untuk pemilihan Wali Kota dan Wakil Wali Kota Malang Tahun 2024, sudah diumumkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Malang, Sabtu (08/06/2024) tadi.

Pemenang Juara I Lomba Maskot, Muhammad Eugine Rahmadani, mengatakan jika maskot yang dibuat tentu menyesuaikan dengan tema yang telah ditentukan oleh KPU Kota Malang. Yakni Integrasi dan Harmoni. Sehingga, dari dua kata tersebut diimplementasikan dalam dua maskot yang dibuat.

“Maskotnya ada Sam Suma dan Mbak Sawa. Sam Suma artinya Suara Malang, jadi lebih ke arah demokrasi, integritas dan sinergitas. Sedangkan Mbak Sawa ini artinya Salam Sejiwa, lebih ke ikatan sosial masyarakat. Jadi, dua maskot ini memiliki arti berbeda tetapi ada keterkaitannya,” kata Eugine yang juga menjadi mahasiswa UIN Malang.

Untuk maskot yang digunakan yakni dari topeng malangan. Untuk Sam Suma menggunakan maskot Topeng Panji dan Mbak Sawa menggunakan Topeng Dewi Sekartaji. Alasan dari menggunakan topeng tersebut, menurutnya karena ingin menunjukkan wajah dari Kota Malang.

Advertisement

“Karena biasanyakan kalau lomba maskot itu menggunakan flora atau fauna. Nah ini saya ambil yang berbeda, yakni dengan menggunakan maskot dari topeng malangan. Untuk karakternya yang maskot Sam Suma lebih ke arah tegas dan jujur, kalau Mbak Sawa lebih ke baik hati,” tuturnya.

Dalam pembuatan maskot tersebut, Eugine membutuhkan waktu selama satu minggu. Dimana untuk konsepnya sendiri membutuhkan waktu selama dua hari, untuk grafis tiga hari, kemudian aset dan lain sebagainya hampir tiga hari.

Baca juga :

“Jadi keseluruhan hampir seminggu. Untuk mengikuti lomba maskot ini juga baru pertama kali. Kalau sebelumnya hanya ilustrasi sama logo gitu,” katanya.

Sementara itu, untuk pemenang Juara I Lomba Jingle, Galih Zakaria, mengatakan jika judul Ayo Memilih yang telah digarap, itu dikonsep menggunakan elektronik etnik. Dirinya melihat, bahwa di Kota Malang memiliki budaya modern, sehingga unsur elektronik yang digunakan ala-ala kekinian.

Advertisement

“Cuma tetap saya masukkan tradisional yang menggambarkan Kota Malang. Selain elektronik, juga saya masukkan etnis, karena di sana ada semacam jaranan. Sehingga, saya mengusung filosofinya itu. Tentunya ini juga disesuaikan dengan petunjuk dan teknis (juknis) yang ada,” jelas Galih.

Pria yang juga menjadi seorang guru seni budaya di SMA Kabupaten Malang, juga menuturkan bahwa melalui lagu tersebut ingin mengajak masyarakat Kota Malang untuk memilih. Sehingga, diharapkan meminimalisir terjadinya Golput.

“Jadi melalui lagu ini saya mau merasuk masuk ke dalam beberapa kalangan masyarakat. Jadi dari kalangan anak muda hingga dewasa, sehingga saya masukkan mengenai culture (budaya) di dalamnya,” katanya.

Dalam pembuatan jingle tersebut, ujarnya, pengerjaannya membutuhkan waktu tiga hari. Mulai dari pembentukan konsep sampai dengan produksi, hingga take vokal. Galih juga menuturkan bahwa dia mempunyai tim untuk produksi jingle tersebut.

Advertisement

“Jadi ada tim penata musik yakni dari saya sendiri dan dibantu dengan empat orang teman. Kemudian ada eksekutornya, salah satunya juga saya sendiri yang penyanyi cowoknyac kemudian ceweknya ada penyanyi profesional yang biasa ikut sama saya,” imbuhnya. (rsy/sit)

Advertisement
Click to comment

Tinggalkan Balasan

Lewat ke baris perkakas