Pemerintahan
Serap Aspirasi dalam Musrena Keren 2024, Ini Respon Bupati Trenggalek
Memontum Trenggalek – Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, serap aspirasi dan memberikan tanggapan langsung terhadap setiap usulan perempuan, anak dan disabilitas dalam kegiatan Musyawarah Perempuan, Anak dan Disabilitas (Musrena Keren) Kabupaten Trenggalek tahun 2024, yang digelar di Pantai Prigi 360 Desa Tasikmadu, Kecamatan Watulimo.
Sementara dalam Musrena Keren itu, perwakilan perempuan, anak dan disabilitas menyuarakan langsung aspirasinya. Termasuk, seperti usulan perwakilan perempuan, salah satunya menyuarakan tentang ajakan bersama mendorong dan meningkatkan jumlah desa ramah perempuan dan peduli anak.
Selain itu, juga ada usulan mendorong perempuan untuk mendapatkan pelatihan kepemimpinan di desa dan di ormas perempuan. Kemudian, meningkatkan literasi hukum bagi perempuan sebagai pencegahan dan penanganan kekerasan pada perempuan dan anak serta tindak pidana perdagangan orang.
Baca juga:
“Alhamdulillah, antusias mereka yang hadir dalam Musrena Keren ini cukup baik. Banyak aspirasi yang kita terima, diantaranya permintaan meningkatkan pendidikan politik bagi perempuan baik pemahaman tentang hak asasi manusia, hak asasi perempuan dan hak asasi anak. Serta, menumbuhkan kepekaan kesadaran dan komitmen dalam menegakkan keadilan gender, advokasi kebijakan meningkatkan minat perempuan untuk berperan aktif dalam organisasi atau lembaga politik,” kata Bupati Trenggalek, Selasa (05/03/2024) tadi.
Kemudian, sambungnya, juga permintaan untuk melanjutkan 5000 wirausaha perempuan melalui e-commerce, pendampingan usaha dan kemudahan akses permodalan. Lalu, meningkatkan keterampilan konselor Desa dan kuota bagi perempuan kepala keluarga peka untuk memperoleh BPJS Ketenagakerjaan.
“Sedangkan aspirasi perwakilan anak diantaranya permintaan sekolah gratis sampai jenjang sekolah menengah. Fasilitasi anak putus sekolah untuk bisa kembali ke sekolah,” imbuhnya.
Tidak hanya itu, edukasi tentang pencegahan perkawinan anak, pelatihan kepada orang tua agar menjadi orang tua hebat juga disampaikan. Edukasi tentang internet sehat dan aman. Tertibkan tempat-tempat yang berisiko menimbulkan seks bebas, miras dan mengganggu dan juga rumah pintar untuk mengembangkan kreativitas dan bermain yang ramah anak.
Disisi lain, ada perwakilan disabilitas dalam Musrena Keren itu, yang turut berterima kasih kepada Bupati Trenggalek karena sejumlah 667 orang penyandang disabilitas telah mendapatkan BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2024 ini. “Harapannya, angka ini bisa diperluas lagi di tahun 2025 nanti. Permohonan lain BPJS Kesehatan untuk seluruh penyandang disabilitas di Kabupaten Trenggalek,” kata Mas Ipin-sapaan akrabnya.
Masih menurut suami Novita Hardiny ini, edukasi pencegahan kekerasan kepada penyandang disabilitas, pendidikan kesetaraan melalui kejar Paket A dengan Pamong guru SLB atau guru khusus, pada lokasi yang terjangkau juga menjadi perhatian dalam Musrena Keren ini. Peningkatan kapasitas guru reguler menjadi guru pendamping khusus, untuk mata pelajaran bahasa isyarat serta kesempatan kerja kepada disabilitas sebanyak 1 persen di sektor swasta dan 2 persen di sektor pemerintah. Desa yang ramah perempuan, anak dan disabilitas.
“Jadi merespon banyak aspirasi dari forum anak, kemudian dari perwakilan perempuan dan juga teman-teman difabilitas tadi, merupakan PR yang paling besar di Dinas PMD (Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, red). Bagaimana mengaplikasi mendorong seluruh desa untuk desa ramah perempuan, anak dan disabilitas,” tuturnya.
Dirinya juga meminta kepada seluruh OPD untuk punya data terpilah gender. Dengan begitu, pembangunan manusia yang berbasis gender benar-benar berbasis data. Indeks pembangunan gender Kabupaten Trenggalek, saat ini 93 persen, yang artinya masih ada sisa 7 persen.
“Jadi, kalau mau indeks pembangunan gender yang bagus itu nilainya 100. Kalau 100, maka benar-benar setara antara laki-laki dan perempuan,” ujarnya.
Delapan tahun kebersamaan bersama jajarannya selama ini, Mas Ipin ingin bukan lagi cerita-cerita yang keluar dari mulut bupati atau kepala dinas. Tetapi cerita-cerita itu keluar dari aksi-aksi yang dilakukan.
“Contoh, sering kita setiap hari laporan dari kepala desa, telepon atau siapa telepon, rata-rata mau berobat nggak punya biaya minta keringanan dan segala macam. Ada nggak aksi radikal yang bisa kita dorong yang nggak berbelit-belit. Okelah Gertak sudah tidak bagus, tapi boleh dong cita-cita lebih bagus bagaimana mulai dihitung rumah sakit Kelas III Itu bisa nggak ngasih gratis,” papar Bupati Arifin. (mil/sit)