Surabaya
Songsong AEC, UNUSA Sediakan Stimulus Mahasiswa Berwirausaha
Memontum Surabaya – Indonesia bakal memasuki Asean Economic Community (AEC). Konsekuensinya, proses jual-beli barang dan jasa antar negara–negara di ASEAN menjadi bebas. Tujuan meningkatkan daya saing ekonomi negara ASEAN di dunia. Ketika sudah memasuki AEC maka warga negara asing akan bebas bekerja dan mendirikan perusahaan di Indonesia dan negara lain yang menyepakatinya. Apabila masyarakat Indonesia tidak memiliki pengetahuan maupun kemampuan dalam berwirausaha, besar kemungkinan masyarakat Indonesia akan menjadi pembantu di negaranya sendiri.
Menyikapi hal tersebut dan perkembangan teknologi serta pesatnya pertumbuhan ekonomi saat ini, Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) menggelar International Conference on Technopreneur and Education (ICTE) 2018, di salah satu hotel di Surabaya, Rabu (14/11/2018).
Konfrensi ini terselenggara dari tiga fakultas, yaitu Fakultas Ekonomi Bisnis, Fakultas Pendidikan, dan Fakultas Teknik. Ketua Pelaksana ICTE 2018, Nailul Authar, M.Pd. mengungkapkan, mempelajari technopreneurship dan education sangat penting bagi masyarakat Indonesia untuk persiapan menghadapi AEC. Technopreneurship relevan dengan kondisi Indonesia karena pada dasarnya pencapaian puncak technopreneurship ini adalah mampu mengelola sumber daya alam di Indonesia. Sehingga bisa menjadi peluang bisnis yang mampu menyerap tenaga kerja dan membantu memajukan perekonomian bangsa.
“Technopreneurship merupakan pengembangan dari enterpreneur. Dimana entrepreneur sebagai objek utama yang didukung dengan teknologi yang mapan untuk meciptakan lapangan kerja baru. Technopreneurship berbeda dengan entrepreneurship,” ungkap Nailul, Rabu (14/11/2018).
Nailul menambahkan, technopreneurship harus sukses pada dua tugas utama. Yaitu menjamin bahwa teknologi berfungsi sesuai kebutuhan target pelanggan, dan teknologi tersebut dapat dijual dengan mendapatkan keuntungan. Sedangan enterpreneur mengutamakan keuntungan tanpa diharuskan menggunakan teknologi.