Kota Malang
Walikota Malang Peletakan Batu Pertama Pembangunan Masjid Bahrul Maghfiroh
Memontum Kota Malang – Pengasuh Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, Prof Dr Ir H Mohammad Bisri, MS, mengucapkan terima kasih atas dukungan Walikota Malang terhadap pembangunan Masjid Bahrul Maghfiroh yang terletak di dalam area Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang, Jalan Joyo Agung No. 2, Tlogomas, Kota Malang. Walikota Malang, Drs. H. Sutiaji didapuk melakukan peletakan batu dan pengecoran pertama pondasi Masjid Bahrul Maghfiroh, Rabu (17/7/2019).
Pembangunan masjid ini dinilai sejalan dengan imbauan Walikota Malang terkait dengan salat berjamaah tepat waktu. Dalam kesempatan itu, Walikota Malang Sutiaji memberikan motivasi kepada para santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh agar hatinya selalu bersih untuk mencari ilmu.
“Prof Bisri sudah merancang memberi motivasi anak-anak dengan peletakan batu pertama dan membangun masjid. Saat ini carut marutnya negara dan dunia karena apa, karena hatinya orang sudah kosong. Orang kalau hatinya kosong ya sudah lupa semuanya. Untuk itu, tetap jaga hati dan keimanan kalian,” pesan Sutiaji.
Sementara itu, Prof Bisri berharap Walikota dapat memberikan motivasi kepada santri-santri Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh Malang. Pasalnya, wejangan dari pak walikota dengan background pondok pesantren Tambak Beras ini bisa segera diijabah, termasuk santri bisa menjadi Walikota atau Bupati.
“Harapannya, melalui doa pak wali ini, salah santri bisa ditakdirkan menjadi walikota atau bupati. Tak harus di Malang, sebab walikota dimanapun bahkan kata pak wali iso dadi Presiden. Mudah-mudahan karena pendidikan di pondok pesantren dengan sistem boarding school ini sudah cukup bagus,” jelas mantan Rektor UB periode 2015-2018 ini.
Pasalnya, sejak masuk Ponpes Bahrul Maghfiroh Malang, lanjut Prof Bisri, para santri sudah melalui seleksi ketat. Sehingga dengan proses input yang cukup bagus, maka proses outputnya diharapkan tetap berkualitas.
“Proses inputnya sudah cukup bagus dan berkualitas. Jangan sampai yang daftar 10 yang diterima 11. Yang daftar di jenjang SMP sekitar 200 siswa, namun yang diterima hanya 90 siswa SMP. Mudah mudahan yang SMA ini juga memenuhi kuota 90 siswa, sehingga total semua siswa pondok ini jumlah santrinya 400-an, meski ketidakcukupan tempat menjadi kendalanya,” ungkap pria berambut putih ini. (adn/yan)