Kota Malang
Wawali Kota Malang Apresiasi Safari Jurnalistik 2023 untuk Tingkatkan Kompetensi Wartawan di Era AI
Memontum Kota Malang – Wakil Wali Kota Malang, Sofyan Edi Jarwoko, mengapresiasi gelaran Safari Jurnalistik 2023 dengan tema ‘Meningkatkan Kompetensi Wartawan di Era AI’ yang diselenggarakan oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Malang Raya, Kamis (03/08/2023) tadi.
Wawali yang kerap disapa Bung Edi, menyampaikan jika materi pada kegiatan tersebut sangat update dan menambah wawasan para wartawan ke depan. Apabila itu bisa diterima dengan baik, maka tentunya akan meminimalkan dari dampak negatif.
“Kegiatan hari ini langka. Saya kira ini adalah yang pertama kali di Kota Malang, dengan materi yang kaitannya dengan Artificial Intelligencen (AI),” kata Wawali Bung Edi.
Pihaknya berharap melalui kegiatan tersebut, nantinya para wartawan dapat meningkatkan kompetensi dalam menghadapi perkembangan teknologi. Terlebih, dalam menghadapi tantangan tersebut juga beriringan sejalan dengan teknologi.
“Yang tidak kalah pentingnya ketika kesadaran masyarakat sudah sedemikian rupa, kemudian intelektual masyarakat, dan attitude menjadi penting ketika harus berkolaborasi dengan seluruh elemen masyarakat. Bertemu, berinteraksi, bahkan pengetahuannya, skillnya, attitudenya, saya kira itu harapan kita kedepan wartawan semakin betul-betul mampu bermanfaat dalam siatuasi apapun termasuk dalam tantangan teknologi,” katanya.
Baca juga :
- Kelanjutan Proyek WTP, Sekda Kota Malang Tegaskan Tunggu Persetujuan Lingkungan
- DPC PKB Trenggalek Kuatkan Konsolidasi Pemenangan Pilgub dan Pilbup 2024
- Pendapatan Pajak Kota Malang Triwulan III Lampaui Target, PBJT Mamin dan BPHTB di Angka Lebih 60 Persen
- Masa Kampanye Pilkada 2024 Bakal Jadi Perhatian Operasi Zebra Semeru
- Sekda Kota Malang Soroti Tingginya ASN Muda yang Tidak Lolos BI Checking di Pengajuan Kredit Perumahan
Sementara itu, Ketua PWI Pusat, Atal S Depari, mengatakan bahwa safari jurnalistik itu merupakan program PWI yang sudah berjalan 12 tahun. Hal itu, sangat penting sekali untuk diberikan, terutama beradaptasi dengan teknologi yang baru.
“Tentunya kita harus adaptasi dengan banyak hal yang harus dipelajari oleh wartawan. Sehingga, dia tidak boleh bangga kalau sudah bisa mengetik berita cepat. Sekarang tidak cukup itu saja. Makanya, ada yang disebut dengan multitasking yang mana kita harus pelajari juga bagaimana menggunakan teknologi ini untuk membuat video, rekaman yang cantik, itu harus satu paket. Di sisi lain adalah media era sekarang ini SDMnya sangat kecil, satu wartawan bisa mengerjakan bermacam pekerjaan. Itu yang kita pelajari,” jelas Atal.
Kemudian, dikatakan jika tantangan para wartawan di era AI, yakni bisa turut serta membuat berita secara otomatis, sehingga fungsi peranan profesi wartawan itu dinilai bisa berkurang. Namun, AI menurutnya tidak akan bisa melakukan kontrol sosial, yang mana itu merupakan tugas dari wartawan.
“Fungsi kita itu harus sentral. Saya kira tidak semua seperti apapun kecanggihan teknologi nanti, bisa mengambil alih pekerjaan kita. Kemudian, yang harus juga kita kerjakan adalah investigasi. Karena AI tidak bisa melakukan investigasi, maka mulai sekarang ini, wartawan harus membuat berita yang up to date, eksklusif, yang belum diambil orang,” tuturnya.
Lebih lanjut, Atal juga menekankan bahwa wartawan harus aktif mencari data melalui penelitian mendalam. Langkah ini bertujuan untuk menciptakan berita eksklusif yang menarik dan bermanfaat bagi publik. Baginya, verifikasi informasi menjadi bagian penting dalam memberikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya kepada masyarakat.
“Nah sekarang ini banyak konten kreator yang mengambil malah 70 persen sumbernya dari medsos. Nah itu jangan, kita harus kurangi itu. Kecuali untuk informasi dari medsos yang banyak hoaks, kita lakukan verifikasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Tapi tidak boleh andalan kita ke sana (medsos) kita harus cari sendiri,” imbuhnya. (rsy/sit)