Kabar Desa
Tanaman Porang menjadi Primadona Baru Bisnis di Kawasan Hutan Situbondo
Memontum Situbondo – Umbi porang kini tengah naik pamor. Komoditas yang sebelumnya tidak pernah mendapat perhatian khusus ini, sekarang justru banyak dicari karena manfaatnya yang sangat besar. Tentu saja, juga karena nilai jualnya yang lebih menjanjikan.
Bahkan, komoditas ini sudah menembus pasar mancanegara. Masyarakat memilih mengembangkan tanaman porang, karena perawatannya yang simpel dan harganya yang cukup menggiurkan. Apalagi, proses perawatannya juga tidak terlalu susah.
Tanaman ini, memang biasanya hidup di areal hutan. Karena itu, sangat cocok untuk masyarakat desa yang berbatasan dengan hutan.
Tanaman Porang merupakan tumbuhan herba dan menchun. Batang tegak, lunak, batang halus berwarna hijau atau hitam belang-belang (totol-totol) putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder, dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun.
Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil atau katak berwarna coklat kehitam-hitaman, sebagai alat perkembangbiakan tanaman Porang.
Baca Juga: Penyerahan Masker dan Penanaman Pohon Tandai Pembentukan Destana Desa Gadingan Situbondo
Tinggi tanaman ini, bisa dapat mencapai 1,5 meter. Tapi, sangat tergantung umur dan kesuburan tanah.
Porang dapat tumbuh dengan baik di lahan hutan jati, hutan sono, hutan mahoni dan di bawah tanaman jagung.
Karena itu porang sangat pantas jika diminati dan dibudidayakan masyarakat yang berada di sekitar kawasan hutan.
Ketua Asosiasi LMDH dan KTH Kabupaten Situbondo, Hadi Wiyono, mengatakan bahwa tanaman Porang belum dioptimalkan semaksimal mungkin oleh masyarakat. Baik itu masyarakat desa hutan atau petani hutan, yang biasa disebut pesanggem.
“Bupati terpilih, Karna Suswandi sudah menyampaikan kepada ketua umum asosiasi, agar ini dimasukkan program prioritas 100 hari kerja Bupati, setelah dilantik. Sebagai langkah lanjutan, asosiasi LMDH Situbondo telah siapkan lahan di tahap awal seluas 6.335 hektar,” papar Hadi Wiyono, Minggu (20/02) tadi.
Dari hasil, diketahui bahwa tanaman ini juga sudah dibudidaya di Kecamatan Banyuglugur atau Desa Kalisari dengan luasan sekitar 3 hektar.
Lalu, Kecamatan Arjasa atau Desa Kayumas seluas 100 hektar dan di Kecamatan Sumber Malang atau Desa Baderan dan sekitarnya seluas 75 hektar serta di Kecamatan Besuki atau Desa Widoropayung seluas 20 hektar. (her/sit)