Banyuwangi
Mendagri Apresiasi Berbagai Inovasi di Banyuwangi
Memontum Banyuwangi – Menteri Dalam Negeri (Mendagri), Tito Karnavian, meminta daerah lain untuk bisa meniru berbagai inovasi yang dilakukan Kabupaten Banyuwangi. “Banyuwangi bisa menjadi model, menjadi best practice untuk dari lain. Banyuwangi terus berinovasi, saya sudah dengar berbagai inovasinya. Tradisi inovasinya terjaga. Saya akan minta daerah lain meniru Banyuwangi. Saya saja ingin belajar dari Banyuwangi,” kata Mendagri seusai mengecek layanan ‘Smart Kampung’ di Desa Sukojati, Banyuwangi, Jumat (04/06), saat didampingi Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani.
Tito menceritakan, kedatangannya ke Banyuwangi, untuk menjawab rasa penenasaran tentang berbagai inovasi dan keberhasilan Banyuwangi. “Jujur saya katakan, selama ini saya penasaran dengan Banyuwangi. Tiap lomba pelayanan publik di kementrian, (Banyuwangi) selalu menang. Jadi saya putuskan untuk datang langsung ke Banyuwangi,” urai Tito.
Baca Juga:
- Intervensi Kemiskinan Banyuwangi, Pemkab Maksimalkan Instrumen Padat Karya Via DPUP
- Peringatan HUT Jatim, Plt Bupati Banyuwangi Beri Penghargaan Siswa Berprestasi Tingkat Internasional
- Plt Bupati Banyuwangi Sambut Kapal Yacht Berbagai Negara di Ekspedisi Sail 2 Indonesia Rally 2024
- Majapahit’s Warior Underwater dan Monumen Mas Bagus Wangsakarya Jadi Wisata Baru Snorkling Banyuwangi
Tito pun mengaku terkejut, dengan sistem layanan publik Smart Kampung, yang ada di desa Banyuwangi. Bahkan, Tito mengakui kalah dari kepala desa di Banyuwangi dalam mengakses berbagai sistem layanan publik.
Kepala Desa Sukojati, Untung Suripno, sebelumnya menjelaskan detil program Smart Kampung yang digeber Pemkab Banyuwangi, untuk desa-desa. Dalam program itu, sejumlah layanan cukup diakses di tingkat desa, bahkan secara mandiri melalui mesin yang disiapkan di kantor desa.
“Terus terang saya kalah dari kepala desa. Jarinya sudah sangat fasih memencet aplikasi,” kata Tito saat menyaksikan langsung program Smart Kampung.
Tito mengapresiasi layanan ‘Smart Kampung’, sistem pelayanan publik di tingkat desa yang dikembangkan Banyuwangi dengan sentuhan teknologi informasi. “Dari sistem pelayanan, saya kaget. Di Kemendagri itu ada sistem Anjungan Dukcapil Mandiri yang mengurus catatan sipil. Tapi di desa di Banyuwangi saya melihat lebih kompleks lagi. Tidak hanya tentang catatan sipil, tapi bisa melayani banyak pelayanan. Bahkan ada puluhan layanan,” kata Tito.
Menurut Tito, ini menunjukkan Banyuwangi berhasil mengubah pola pikir dan kinerja SDM pemerintahan hingga tingkat desa. “Itu tidak mudah, kalau hanya mengubah bangunan mungkin dua bulan selesai. Kalau mengubah SDM, itu sulit,” jelas Tito. Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengatakan bahwa tradisi inovasi terus diterapkan di Banyuwangi dalam berbagai program pemerintahan. “Kita hari ini menghadapi situasi yang tidak mudah karena pandemi. Ada tantangan keterbatasan fiskal. Maka terus berinovasi adalah kuncinya. Sehingga sejak dilantik 26 Februari, berbagai inovasi kami jalankan,” ujar Ipuk. (kom/sit)