Kota Malang
Respon Bencana Semeru, Dosen UB Ciptakan Aplikasi Geographic Information System
Memontum Kota Malang – Dampak awan panas guguran (APG) Gunung Semeru menarik empati berbagai pihak. Salah satunya civitas akademika dosen Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Brawijaya (UB), Adipandang Yudono SSi MURP PhD, yang telah menciptakan sebuah aplikasi pemantauan kondisi terkini gunung Semeru yang dinamakan Geographic Information System (GIS), bersama timnya.
Dimana, aplikasi tersebut bisa diakses kapan saja dan dimana saja sebagai bentuk respon cepat terhadap bencana Gunung Semeru. “Dalam menghadapi bencana, pemetaan dan pemantauan lokasi adalah hal yang penting. Selain untuk memantau kondisi terkini, pemantauan ini ditujukan untuk memberikan informasi yang benar dengan bukti yang memadai,” ujar Adipandang, Sabtu (11/12/2021).
Menurutnya, GIS untuk bencana Gunung Semeru ini, bisa membantu mengurangi buta informasi. Dengan pemetaan Global Postioning System, dapat menyediakan informasi berdasarkan lokasi. Pasalnya, GIS sendiri merupakan system dari hulu ke hilir tekait hasil-hasil lokasi dan keruangan, serta satu perangkat system yang terkait dengan objek geospasial.
“Banyak sekali kegunaannya, yang paling umum adalah penggunaan lokasi. Untuk di studi PWK biasanya digunakan untuk memetakan wilayah yang akan dimanfaatkan,” jelasnya.
Baca juga
- Soroti Prodamas, Calon Wali Kota Kediri Bunda Fey Sebut Program Kesejahteraan Masyarakat Harus Lanjut
- Tingkatkan Nilai Keislaman Pelajar, Pemkab Banyuwangi Kembali Gelar FAS
- Kunjungi Kelurahan Manisrenggo, Bunda Fey juga Beri Perhatian Khusus untuk Penyandang Disabilitas
- Datangi Pasar Oro-Oro Dowo, Abah Anton-Dimyati Disambut Yel-Yel Menang Total
- Pj Wali Kota Malang Dukung Jaminan Sosial Ketenagakerjaan untuk Petugas Pilkada 2024
Aplikasi GIS pada bencana Semeru, akan mengumpulkan data dari pengguna. Data ini akan divalidasi oleh analis, untuk dapat disebar sebagai panduan bagi pengguna lainnya. Dirinya juga berkolaborasi oleh komunitas pilot dan pemetaan drone yang tergabung dalam komunitas Sky Volunteer untuk pengumpulan foto udara.
“Foto udara ini akan divalidasi lagi kebenarannya oleh tim yang berada di darat,” imbuh pria berkacamata ini.
Untuk pendataan secara real time dan singkat, ia menyediakan laman s.ub.ac.id/gisresponsemeru, pengguna cukup memberikan informasi dengan menambahkan foto dan keterangan tambahan sesuai lokasi lalu cukup di submit. Dengan proses sekitar 5 detik data ini akan memudahkan dan mempercepat tugas relawan di lapangan.
“Penambahan fitur terbaru memungkinkan pengguna maupun pengunjung melakukan perbandingan lokasi sebelum dan sesudah erupsi terjadi. Hasil pemotretan melalui drone selanjutnya dioverlay dengan kondisi sebelum erupsi. Pilihan tampilan peta juga telah kami sediakan. Melalui aplikasi ini, pengguna juga bisa melakukan kajian pengukuran luas wilayah terdampak bencana, dan sangat membantu tim di lapangan untuk melakukan evakuasi,” bebernya.
Tidak hanya digunakan oleh relawan dari UB yang berada di lapangan, penggunaan platform GIS ini juga digunakan oleh berbagai komunitas dan Lembaga. Ia berharap dengan adanya platform ini dapat membantu pergerakan relawan dengan tepat dan cepat.
“Setelah kita bekerja membuat platform tersebut, alhamdulillah banyak terpakai oleh berbagai komunitas dan relawan, baik itu BPBD, relawan lokal maupun swasta yang menjadikan platform ini sebagai panduan pergerakan evakuasi,” terangnya. (mus/sit)