Kota Malang

Money Politik Merusak Mental Pemilih dan Caleg

Diterbitkan

-

Caleg DPR RI dari Partai Golkar, Ahmad Irawan. (ist)

Memontum Malang – Caleg DPR RI Daerah Pemilihan (Dapil) V Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang) dari Partai Golkar, Ahmad Irawan, mengatakan bahwa edukasi politik penting diberikan pada masyarakat. Terutama, dikalangan generasi muda. Hal ini, menurutnya supaya dalam mengawal pembangunan yang disampaikan lewat wakilnya di Gedung Dewan, tidak salah sasaran.

“Pemilu yang bakal digelar serentak pada tahun 2024 ini merupakan momentum dalam perjalanan demokrasi di Indonesia. Terutama, dalam memberikan edukasi politik kepada para pemilihnya,” ungkap Ahmad Irawan, Senin (08/01/2024) tadi.

Berdasarkan data, pada Pemilu 2024 ini jumlah pemilih yang berusia muda atau yang biasa disebut generasi milenial lebih mendominasi. Data Komisi Pemilihan Umum (KPU), menyebutkan bahwa jumlah pemilih yang berusia hingga 40 tahun hampir 52 persen dari total pemilih nasional. Adapun jumlahnya, sebesar 31,23 persen atau sebanyak 63.953.031 orang, yang merupakan pemilih berusia 17 hingga 30 tahun.

Sementara, sebesar 20,70 persen atau sebanyak 42.398.719 orang, merupakan pemilih dengan usia 31 sampai 40 tahun. Sedangkan pemilih dengan usia 40 tahun ke atas berjumlah 98.448.775 orang atau 48,07 persen. Lalu untuk pemilih berusia di bawah 17 tahun, karena sudah menikah 0,003 persen atau 6.697 pemilih. Totalnya, KPU telah menetapkan daftar pemilih tetap (DPT) Pemilu 2024, sebanyak 204.807.222 pemilih.

Advertisement

“Dari jumlah itu, meskipun selisihnya hanya sekitar empat persen, jumlah pemilih lebih banyak yang berusia di bawah 40 tahun. Saya tidak menyebut milenial, karena usianya ada yang di atas 30 tahun,” ungkap Ahmad Irawan.

Menurutnya, meskipun tidak tergolong milenial, setidaknya para pemilih yang usianya masih di bawah 40 tahun dapat lebih memahami bahwa pesta demokrasi bukan hanya sekadar kontes untuk mencari suara. Bahkan, hingga menggunakan segala cara untuk dapat mendulang suara.

Baca juga :

“Tapi setidaknya, mereka pemilih di bawah 40 tahun, usianya terbilang masih muda. Mereka harus paham, ini bukan hanya soal mengumpulkan suara, menghimpun simpati warga agar dapat suara, bukan. Lebih dari itu, ini soal masa depan bangsa,” urai Irawan.

Salah satu contohnya adalah soal politik uang. Dirinya menilai, bahwa seharusnya sudah tidak ada lagi skema politik yang digunakan untuk meraup suara, termasuk dalam Pemilu 2024 saat ini.

Advertisement

“Soal politik uang, inikan seakan-akan sudah menjadi isu wajib yang selalu muncul saat gelaran Pemilu. Itukan seakan-akan menunjukan bagaimana wajah politik di Indonesia. Seharusnya kan tidak seperti itu,” terang Irawan.

Untuk itulah, dirinya berharap bahwa Pemilu 2024 ini setidaknya menjadi moment yang pas untuk memberikan edukasi politik yang lebih baik. Tentu dalam pelaksanaannya, bukan hanya dititikberatkan pada pemilihnya saja, namun juga pada para peserta Pemilu. Baik Caleg maupun partai politik (Parpol) yang bersangkutan.

“Pemilih muda kita banyak, mari kita berpikir jernih dalam melaksanakan untuk mensukseskan Pemilu. Para peserta Pemilu nya juga harus peduli, karena itu (bukan politik uang) yang seharusnya diajarkan dan ditularkan kepada generasi penerus,” jelas Irawan. (red/man)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas