Gresik
Gasing FK-UB Perjuangkan “Stop Bullying”Kota Malang,
Memontum Gresik—-Berbagai macam ide kreatif dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) menjadi ajang aspirasi bagi mahasiswa. Salah satunya, upaya peredaman bentuk kekerasan yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak sengaja (bullying). Bullying dapat menyebabkan rasa trauma yang bisa berdampak negatif pada kejiwaan korbannya. Dampak terburuknya, bullying dapat merenggut nyawa korban.
Atas dasar itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (FK-UB) membuat PKM-M GASING (Gerakan Siswa Sadar Bulying). Gasing diinisiasi oleh Iqbal Sholahuddin, Agung Krinayana, Lissabilla Fitrah, Syafira Idhatun Nasyiah, dan Tuntun Parwati. Gasing merupakan bentuk perhatian terhadap maraknya kasus bullying di lingkungan sekolah, utamanya pada jenjang sekolah menengah pertama.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh tim Gasing dengan sample SMPN 4 Malang, mengungkapkan bahwa 4 dari 10 siswa mengalami bullying fisik, dan 8 dari 10 siswa mengalami bullying verbal berupa celaan, fitnah, atau kata-kata yang tidak baik. “Bullying verbal lebih banyak dialami oleh siswa, dibandingkan dengan bullying fisik seperti pukulan. Kasus bullying dilakukan dengan mencemooh, menyebut nama orang tua, bahkan ada siswa yang menaruh petasan menyala di saku temannya,” terang Syafira, mahasiswa semester 3 keperawatan FK-UB.
Berdasarkan keterangan pelaku bully, hal yang dilakukan merupakan candaan terhadap temannya, ada pula yang mengungkapkan bahwa setelah melakukan bully siswa tersebut merasa bahagia. Walaupun merasa bahagia saat membully, pelaku juga merasakan dampak negatif dari perbuatannya. “Saya sadar bahwa saya tidak disenangi oleh teman-teman saya, saya juga sering diminta menemui guru BK,” keluh seorang pelaku bullying, dalam sebuah video saat penelitian.
Sementara berdasarkan keterangan korban bullying, ia merasa sangat tertekan. Bully yang diterima korban menyebabkan dampak negatif, seperti nilai menurun, tidak memiliki rasa percaya diri, tidak ingin masuk sekolah karena takut dibully, dan bisa jadi korban menjadi lebih kejam dari pembully. Beberapa korban bullying di sekolah tersebut mengungkapkan ketidakberanian untuk melawan pelaku bullying. Dari pernyataan pelaku dan korban, bullying menyebabkan kerugian untuk kedua pihak.
Untuk menolong korban dan memberikan pemahaman kepada pelaku bullying untuk tidak melakukan hal tersebut, PKM-M Gasing melakukan rehabilitasi kepada korban dan pelaku. Tim Gasing melakukan mediasi dengan mempertemukan korban dan pelaku, agar saling memahami perasaan kedua pihak saat dan sesudah bullying terjadi. Monitoring dilakukan dengan melakukan evaluasi subjektif, agar pelaku tidak mengulangi perbuatannya dan korban lebih percaya diri.
Selain itu, korban, pelaku, wali murid, dan guru diberikan sosialisasi oleh psikiatri yang diharapkan dapat mendukung upaya penanganan terhadap bullying. Luaran lain yang diharapkan, yaitu terciptanya buku panduan (guideline) Gasing untuk pihak sekolah, muncul duta anti-bullying sebagai upaya pembentukan kader gasing, dan siswa tanggap bullying. “Harapannya, angka bullying di sekolah menurun dengan adanya sosialisasi dan rehabilitasi ini,” tukas Syafira.(mg3/mg4/rhd/yan)