Kota Malang
Masuk UB Wajib Berstiker, Tekan Kemacetan
Memontum Kota Malang—Berbagai upaya dilakukan Pemkot Malang dalam meminimalisir kemacetan lalu lintas di Kota Malang, dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat. Tak terkecuali, civitas akademika yang ditengarai turut menyumbang kemacetan, khususnya di wilayah sekitaran kampus. Gayung pun bersambut. Usai menutup pintu gerbang sebelah utara (tengah), tepatnya di seberang jembatan Soekarno Hatta. Kali ini, Universitas Brawijaya (UB) juga memberlakukan kebijakan masuk UB wajib berstiker, artinya hanya civitas akademika yang kendaraannya memiliki stiker UB diperbolehkan masuk kampus UB. Bagi ojek online dan masyarakat umum yang tidak berkepentingan, dilarang masuk. Kebijakan ini diterapkan mulai Senin (28/1/2019).
“Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk kampus UB, agar akses keluar masuk UB tidak menjadi sumber kemacetan. Bagi tamu, akan mendapatkan ID card khusus tamu untuk akses masuk. Sementara bagi mahasiswa yang tidak memiliki kendaraan, atau selama ini menggunakan jasa ojek online atau angkutan umum, UB telah menyediakan armada khusus untuk menjemput dan mengantar mahasiswa ke gedung kuliah, maupun sebaliknya mengantar mahasiswa ke gerbang Veteran,” terang Kasubag Humas dan Kearsipan UB Kotok Gurito
Kotok menambahkan, armada sementara yang disediakan UB, yaitu 2 bus sedang, 1 mobil minibus pregio, dan 1 mobil kijang. Armada beroperasi keliling UB setiap 15 menit sekali, mulai jam 06.00-18.00 WIB. “Ada 3 jalur yang dilalui armada antar jemput UB tersebut. Armada tersebut start dari gerbang Veteran barat dan Veteran timur (BNI). Sementara bagi mahasiswa yang masuk dari jalur makam Bethek, KPRI, dan pintu Watugong, bisa jalan sedikit menuju jalur yang dilewati. Khusus armada pregio bisa masuk fakultas dengan jalan kecil, seperti di FISIP dan FIA,” jelas Kotok.
Selain itu, lanjut Kotok, kebijakan ini diambil untuk meminimalisir dan mengantisipasi kriminalitas di lingkungan UB, yang didominasi aksi curanmor (pencurian kendaraan bermotor). “Beberapa kali aksi curanmor terjadi di lingkungan UB. Kebijakan ini sekaligus mengantisipasi hal itu,” ungkap Kotok.
Sementara itu, Dian, sopir Pregio berkapasitas 12 penumpang ini mengatakan, masih banyak mahasiswa yang tidak tahu tentang penyediaan fasilitas armada ini. Sebab masih belum tertera tulisan fungsi armada dan jalur yang dilalui. “Ya, saya jalan pelan sambil menawarkan tumpangan akses ke gerbang Veteran. Sementara bagi difabel masih menggunakan armada ini. Infonya nanti akan ada kendaraan khusus difabel,” jelas Dian, sembari menambahkan jalur yang dilalui, yaitu gerbang Veteran barat, FK, Rektorat, FH, FT, FISIP, FIA dalam, FEB, FTP, hingga kembali Veteran.
Senada, Chandra, sopir bus berkapasitas 29 penumpang, mengatakan, di hari pertama bus yang dikemudikannya tak penuh, terutama pada pagi hari. Rute yang dilalui Fapet, FMIPA, FH, FEB, dan FTP, atau masuk jalur dua. “Kami sudah tau info armada ini. Dan baru pertama kali naik. Tadinya kami naik angkutan umum, terus turun gerbang Veteran barat. Enak juga, ga kepanasan kehujanan, terus ada musiknya,” ungkap Khofifah dan Dita, mahasiswi semester 2 Prodi Pemanfaatan Sumber Daya Perikanan dan Kelautan Fapet UB.
Sementara itu, Rektor UB Nuhfil Hanani mengatakan, kebijakan tersebut untuk mendukung program Pemkot Malang mengatasi kemacetan. Sebelumnya UB menutup pintu gerbang sebelah utara (tengah), tepatnya di seberang jembatan Soekarno Hatta. Dan memindahkannya ke gerbang utara sebelah timur (depan makam Bethek), tepatnya jalan Mayjen Panjaitan, untuk akses keluar langsung belok kiri ke Sukarno Hatta dan Dinoyo. “Kebijakan tersebut untuk memenuhi permintaan dari pak Walikota. Waktu itu sebatas telepon, dan belum ada surat resminya. Tapi kami memahami kepentingan tersebut untuk Kota Malang agar tidak semakin macet,” ungkap Rektor UB Nuhfil Hanani. (adn/yan)