Kota Batu

Tarif Kargo Naik, Petani Tanaman Hias Kota Batu Merugi

Diterbitkan

-

Merugi : Andri dikebunnya saat menata bunga krisan yang akan dikirim ke Maumere, NTT.

Memontum Batu—-Kenaikan tarif kargo udara/ Surat Muatan Udara (SMU) sejak Oktober 2018 lalu membikin efek domino pada beragam sektor perekonomian. Salah satu imbasnya menyasar kepada pedagang dan petani tanaman hias di Kota Batu. Akibat hal itu, omzet mereka berkurang mencapai 70 persen.

Apalagi kenaikan yang diterapkan cukup drastis, antara 40-90 persen. Sektor jasa ekspedisi mengambil kebijakan menaikkan tarif biaya jasa sehingga membikin arus perdagangan ikut kena imbas, terutama pada pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Sebelum bisa menggunakan jasa pengiriman lewat udara, para pemakai jasa kargo harus mendapat tanda terima berupa dokumen yang disebut Surat Muatan Udara (SMU). Pihak maskapai penerbangan akan bekerja sama dengan agen untuk menjual SMU sebagai bukti fisik pengiriman udara antara pengirim kargo, pengangkut, dan hak pengambil kargo. SMU inilah yang lazim disebut sebagai tarif kargo.

Salah satunya Slamet Triyas Andryansyah (34) petani sekaligus pedagang tanaman hias asal Dusun Cangar, Desa Bulukerto, Kecamatan Bumiaji ini  adalah salah satu masyarakat yang ikut merasakan dampak kenaikan tarif. Pengiriman tanaman hiasnya berkurang drastis, sebelumnya bisa mengirim 1000 pohon jenis bunga mawar dan krisan tiap Minggu.

Advertisement

” Sekarang hanya 250 pohon mas tiap Minggu, pembeli keberatan membayar ongkos kirim (ongkir) melebihi harga tanaman yang dibeli.
Untuk berat 1 kilogram bisa menampung 10 pohon dan untuk bunga krisan setiap kilo hanya muat 1 pohon,” keluh Andry sapaan akrabnya, Minggu (17/2/2019) kepada memontum.com.

Andry mencontohkan, untuk biaya ongkir ke Maumere sekarang misalnya sudah mencapai Rp 39 ribu perkilo yang sebelumnya hanya Rp 16 ribu. Belum lagi biaya tambahan mencapai 50 persen dari total keseluruhan ongkir.

” Bisa dibayangkan berapa biaya ongkirnya mas, bisa mencapai Rp 3,9 juta per 100 kilonya kalau ke Maumere. Melebihi harga bunganyakan, kalau dibebankan ke pedagang kami merugi, dibebankan pembeli mereka keberatan,” ucap dia.

Padahal, harga bunga krisan perpot sekitar Rp 25 ribu dan mawar Rp 8-10 ribu jika dikali 100 saja hanya Rp 2,5 juta, biaya kirim sekitar Rp 3,9 juta. Sekarang, Andry pun hanya bisa menerima keadaan ini dan berharap pemerintah mencarikan solusi untuk memecahkan masalah tersebut serta kembali normal.

Advertisement

” Sekarang per-Minggu hanya bisa kirim 25-30 bunga krisan dan bunga mawar 100 pohon. Kami rakyat kecil hanya bisa menerima keadaan,” keluh pria yang sering mengirim tanaman hias ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua ini.

Senada, Abdul Kholik (40) asal Dusun Gemulo, Desa Bulukerto juga mengaku omzetnya menurun drastis. Biasanya Kholik bisa mengirim 2500-2000 pohon mawar dengan keuntungan kotor Rp 25-40 juta setiap Minggu, sekarang maksimal hanya mengantongi Rp 15 juta laba kotor.

” Yah sekarang hanya 400 pohon sudah bagus mas bisa kirim tiap Minggu. Bagaimana lagi, kami tidak bisa berbuat apa-apa. Banyak konsumen protes akibat tarif pengiriman yang melebihi harga pohon yang saya tawarkan,” pungkasnya.(bir/yan)

Advertisement
Advertisement

Adblock Detected

Please consider supporting us by disabling your ad blocker

Refresh Page
Lewat ke baris perkakas